Top 3 Islami: Keberangkatan Jemaah Haji Tertunda di Embarkasi

Topik keberangkatan jemaah haji tertunda menjadi perhatian pembaca kanal Islami pada Sabtu (3/6/2023). Alhasil artikel terkait penundaan keberangkatan haji tersebut masuk jajaran top 3 kanal Islami Liputan6.com

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 04 Jun 2023, 06:30 WIB
Para jemaah haji lansia ini penuh semangat menarik koper kabin mereka menuju ruang tunggu keberangkatan pesawat Saudi Airlines di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Tepatnya di area keluar dari Makkah Route. (Foto:Liputan6/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Topik keberangkatan jemaah haji tertunda menjadi perhatian pembaca kanal Islami pada Sabtu (3/6/2023).

Alhasil artikel terkait penundaan keberangkatan haji tersebut masuk jajaran top 3 kanal Islami Liputan6.com.

Topik ini mengemuka lantaran ada pula yang mengaitkannya dengan pembatalan. Karena itu, Kemenag buka suara.

Kemudian, topik lainnya mengenai keturunan Nabi Muhammad SAW, yang lazim disebut habib, sayyid, atau syarif juga menarik. Kali ini adalah pembahasan pernikahan syarifah dengan ahwal atau bukan keturunan Nabi SAW.

Sementara, terakhir adalah Kisah kakek Nabi, Abdul Muthalib yang pernah bernadzar menyembelih putra kesayangannya, Abdullah RA.

Selengkapnya, mari simak top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

1. Jemaah Haji Tertunda Keberangkatannya di Embarkasi, Ini Penjelasan Kemenag

Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Mahakengka resmi memberangkatkan calon jemaah haji pada 28 Mei 2023 malam menggunakan pesawat Saudi Arabian Airline jenis Airbus A 330-300. (Dok Kemenhub)

Sejumlah jemaah haji di beberapa embarkasi tertunda keberangkatannya. Sontak, kabar ini beredar dan memicu spekulasi.

Bahkan, ada pula yang menyimpulkan tertundanya pemberangkatan berbuntut pembatalan.

Soal kabar ini, Kementerian Agama (Kemenag) buka suara. Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri (Diryan DN) Saiful Mujab menegaskan jemaah haji yang pemberangkatan haji-nya tertunda bukan berarti batal berangkat.

Hal ini disampaikan Mujab sebagai penjelasan terkait adanya pemberitaan jemaah haji yang tertunda keberangkatannya di beberapa embarkasi.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Benarkah Syarifah Haram Menikah dengan Bukan Habib dan Dihukumi Zina? Ini Penjelasan Buya Yahya

Kisah Umar bin Khattab

Topik habib, sayyid, atau syarif selalu menarik dikupas. Keturunan Nabi Muhammad SAW itu memang memiliki tempat tersendiri di hati umat Islam dan dimuliakan sebagai dzurriyah Rasulullah SAW.

Pun begitu, syarifah yakni perempuan keturunan Nabi Muhammad SAW, meski tak sepopuler habib banyak pula diperbincangkan.

Syahdan, ada seorang jemaah Al-Bahjah yang menanyakan kepada KH Yahya Zainul Maarif atau Buya Yahya mengenai syarifah yang bukan habib. Masalahnya, ada yang menghukumi zina bagi syarifah yang menikah dengan ahwal.  

Pertanyaan dan persoalan ini memang banyak menjadi pertanyaan dalam masyarakat terkait hukum pernikahan syarifah.

"Jika ada syarifah menikah dengan seseorang yang menikah dengan pria ahwal atau bukan habaib. Ada pendapat yang menyebut hukumnya haram dan sama seperti zina. Pertanyaannya apakah boleh kita menggunakan pendapat tersebut, atau hukumnya bagaimana?," tanya salah seorang jemaah kepada Buya Yahya, sebagaimana dibacakan pembawa acara.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Kisah Abdul Muthalib Bernazar Sembelih Ayah Nabi Muhammad SAW

Bangunan tua sumur Zamzam berada di tengah Mataf, Ka'bah. (Sumber foto: Arabiya.net)

Abdul Muthalib yang tak lain adalah kakek Rasulullah SAW pernah bernazar. Jika ia dikaruniai sepuluh orang anak dan tumbuh dewasa menjadi pelindung dirinya, maka salah satu dari mereka akan dikurbankan di samping Ka‘bah. Ternyata keinginannya pun terkabul. 

Allah mengaruniainya sepuluh orang anak laki-laki, yaitu: al-Harits, az-Zubair, Hajl, Dhirar, al-Muqawwim, Abu Lahab, al-‘Abbas, Hamzah, Abu Thalib, dan terakhir adalah Abdullah yang merupakan anak yang paling dicintainya.

Pada suatu hari, Abdul Muthalib memanggil mereka untuk menyampaikan nazarnya. Setelah berkumpul, mereka bertanya, “Lantas apa yang meski kami lakukan sekarang?” Sang ayah menjawab, “Masing-masing dari kalian mengambil botol, lalu tulis nama kalian di dalamnya. Setelah selesai, berikan botol itu kepadaku.” 

Singkat cerita, kemudian semua botol itu diundi. Dan ternyata nama yang keluar adalah Abdullah. Ini artinya anak yang harus dikurbankan untuk memenuhi nazar Abdul Muthalib adalah Abdullah yang kemudian hari menjadi ayah Nabi Muhammad SAW.

Selengkapnya baca di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya