FSAI 2023 Digelar di 7 Kota, Putar Gratis 5 Film Australia dan 2 dari Indonesia

Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2023 resmi dibuka pada Kamis (16/2/2023) di CGV Grand Indonesia West Mall.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 17 Feb 2023, 06:28 WIB
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams dalam kata sambutan di Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2023 pada Kamis (16/2/2023). (Liputan6.com/Alycia Catelyn)

Liputan6.com, Jakarta - Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2023 resmi dibuka di CGV Grand Indonesia West Mall, Jakarta pada Kamis (16/2/2023).

FSAI 2023 ini menginjak penyelenggaraan tahun kedelapan. Acara ini menayangkan film-film terbaik dari Australia dan Indonesia untuk penonton di tujuh kota, yakni Jakarta, Surabaya, Makassar, Mataram, Yogyakarta, Bandung, dan Tangerang Selatan.

"Setelah dua tahun mengadakan FSAI secara virtual, kami sangat senang tahun ini bisa kembali ke layar bioskop CGV," ucap Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia Penny Williams dalam kata sambutannya. 

Dubes Penny mengatakan bahwa FSAI tahun ini pun akan menayangkan tujuh film yang terpilih di bioskop-bioskop Indonesia mulai 24 Februari 2023 hingga 18 Maret 2023.

"Australia terkenal secara global akan keahliannya di bidang perfilman. FSAI merupakan kesempatan luar biasa untuk berinteraksi dengan para ahli dan mendapatkan pengalaman terbaik dalam perfilman Australia dan Indonesia," ucap Dubes Penny.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno juga turut hadir di pembukaan FSAI 2023. 

Menparekraf Sandiaga memberi apresiasi kepada Dubes Australia karena tidak hanya melibatkan pemutaran film karya-karya dari Australia dan Indonesia, tetapi juga menyediakan masterclass, semacam kelas atau lokakarya untuk memperdalam ilmu tentang perfilman.

Sandiaga juga mengatakan bahwa Australia menjadi salah satu negara yang berhasil menggunakan industri perfilmannya untuk menarik kunjungan wisatawan dan memproduksi film-film kelas dunia.

Sandiaga menambahkan, Indonesia pun sedang mengikuti pola yang sama dengan Australia guna menarik produksi film internasional yang dibuat di Indonesia, serta meningkatkan kualitas film karya Tanah Air.

"Kami ingin belajar juga dari film-film di festival ini tentang bagaimana Australia mengembangkan dunia sinematik," kata Sandiaga.

Sandiaga senang dan tidak sabar dengan kolaborasi lebih lanjut antara Australia dan Indonesia di bidang perfilman. Pasalnya, FSAI 2023 ini seakan memberi semangat untuk perfilman Indonesia setelah melewati tiga tahun pandemi COVID-19.

"Tahun lalu kita berhasil menggaet 44 juta penonton dan kami harap tahun ini bisa meningkat," ujar Sandiaga.

2 dari 4 halaman

Film-Film yang Ditayangkan FSAI 2023

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Repubik Indonesia Sandiaga Uno di pembukaan Festival Sinema Australia Indonesia 2023 pada Kamis (16/2/2023). (Liputan6.com)

FSAI 2023 menampilkan tujuh film dan tujuh sesi masterclass di tujuh kota.

Pemutaran film pertama yakni pemenang penghargaan "Sweet As" di Jakarta pada 18 Februari 2023.

"Sweet As" merupakan sebuah film remaja dengan genre drama. Kisahnya berfokus para remaja Australia dalam menemukan persahabatan, cinta pertama, dan jati diri di jalan yang jarang dilalui.

Film lainnya yang akan diputar adalah "Penguin Bloom", "Moon Rock for Monday", "The Drover's Wife: The Legend of Molly Johnson", dan film komedi animasi "Peter Rabbit 2: The Runaway" yang diproduksi oleh studio animasi Australia, Animal Logic.

FSAI 2023 juga menampilkan dua film Indonesia yang diproduseri oleh Mira Lesmana, yakni drama menegangkan "Paranoia" dan kisah mudik "Humba Dreams".

Untuk informasi lebih lanjut dan cara mendapatkan tiket gratis, Anda bisa mengunjungi website FSAI.id.

Tahun 2023 juga menandakan 70 tahun perayaan program beasiswa Australia di Indonesia. Dalam memeriahkan momentum spesial ini, FSAI 2023 akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan eksklusif yang melibatkan alumni Australia termasuk menonton film bersama dan kegiatan networking.

"Tahun ini kita merayakan tahun ke-70 untuk pemberian beasiswa Australia di Indonesia. 70 tahun!" kata Dubes Penny.

"200 ribu alumni Indonesia telah bersekolah di Australia. Itu basis yang baik untuk memulai kolaborasi antara dua negara ini," sambungnya.

 

3 dari 4 halaman

FSAI 2022 yang Digelar Secara Virtual

Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2022. (Dok Kedubes Australia untuk Indonesia)

Berbeda dengan FSAI 2023, FSAI 2022 saat itu masih diselenggarakan dengan format virtual.

Dubes Penny Williams mengatakan bahwa FSAI 2022 merupakan festival tahunan yang membawa pesan budaya, persahabatan, kebudayaan dan keragaman dan kreatifitas Australia. Ia mengatakan bahwa industri perfilman adalah salah satu sektor ekonomi kreatif yang terkena imbas pandemi COVID-19.

"Inisiatif Menparekraf di bawah pimpinan Sandiaga Uno untuk memulihkan industri perfilman Indonesia, melalui program pemulihan ekonomi nasional, bantuan Indonesia bagi film Indonesia adalah sebuah langkah tepat dan patut diapresiasi. Karena hal ini dapat terus mendukung dan mengembangkan industri kreatif Indonesia," tutur Dubes Penny.

Melalui kegiatan festival ini, Dubes Penny berharap dapat terus berkontribusi dalam memberikan bantuan bagi sineas-sineas muda Indonesia untuk terus berkreasi dan berkolaborasi demi membangkitkan kembali industri perfilman di kedua negara. 

"Dapat terus mendukung sineas muda indonesia untuk terus berkreasi dan membangkitkan kembali industri perfilman di kedua negara. Juga bertujuan mengembangkan dan membina hubungan yang langgeng serta mendorong kolaborasi antara industri kreaif kedua negara," ucapnya lagi.

Baca selebihnya di sini...

4 dari 4 halaman

Masterclass FSAI 2021

Seminar Masterclass Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2021 pada Rabu (23/06/2021).

Begitu juga dengan FSAI 2021. Saat itu festival masih dilaksanakan secara virtual.

Kedutaan Besar Australia di Jakarta mengadakan webinar pada Rabu (23/6/2021). Webinarnya menghadirkan pembicara Leighton De Barros dan Jaimen Hudson.

Webinar mengusung topik seni pembuatan film dokumenter dan sinematografi drone. Leighton De Barros terkenal sebagai produser dan sinematografer nominasi Emmy. Sementara Jaimen Hudson adalah sinematografer drone dan orang di balik film dokumenter fitur FSAI 2021.

Sebelumnya, Jaimen sempat mengalami kecelakaan motor yang cukup parah. Ia pun harus memakai kursi roda untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Jenuh dengan hal itu, ia pun mencari hobi baru dan terus menggali apa yang ia bisa lakukan. Sebelumnya pernah ada yang menyarankan untuk memancing, tetapi ia tidak menyukainya.

"Saya suka menyelam dan bermain di laut tetapi karena kecelakaan mengharuskan saya tidak bisa lagi. Saya pun mencari hobi lain. Jadi suatu saat saya merekam lumba-lumba," ungkap Jaimen.

"Dari situ saya tertarik dengan satwa liar dan pertama kalinya juga saya melakukan hobi baru yaitu fotografi di atas kursi roda ini. Beruntungnya saya menekuni profesi ini dan berhasil menggarap beberapa proyek," lanjutnya.

Baca selebihnya di sini...

infografis journal Fakta Film Horor Digemari Masyarakat Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya