Trivia Saham: Mengenal Prospektus yang Jadi Acuan Investor saat Perusahaan Gelar Aksi Korporasi

Prospektus dapat membantu investor membuat keputusan investasi yang karena berisi sejumlah informasi yang relevan tentang investasi atau sekuritas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Jan 2023, 07:08 WIB
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar mestinya tak asing lagi dengan istilah prospektus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prospektus merupakan keterangan tertulis dan terperinci mengenai kegiatan baru perusahaan atau organisasi, yang disebarluaskan kepada umum atau disampaikan kepada kelompok tertentu.

Sedangkan prospektus di pasar modal adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.

Prospektus dapat membantu investor membuat keputusan investasi yang karena berisi sejumlah informasi yang relevan tentang investasi atau sekuritas. Prospektus memiliki tiga jenis.

Pertama, prospektus awal, yakni dokumen tertulis yang memuat seluruh informasi dalam prospektus yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai bagian dari pernyataan pendaftaran.

Prospektus awal biasanya hanya berisikan informasi mengenai gambaran garis besar aksi korporasi yang akan dilaksanakan emiten. Biasanya, prospektus awal digunakan untuk mengukur minat pasar. Kedua, prospektus ringkas, yakni ringkasan dari isi prospektus awal.

Ketiga, yakni prospektus final. Prospektus akhir berisi rincian lengkap dari penawaran atau aksi korporasi yang akan dilakukan emiten. Termasuk latar belakang final, hingga harga saham atau efek yang akan ditawarkan.

Melansir Investopedia, Minggu (8/1/2023), alasan lain prospektus diterbitkan adalah untuk memberi tahu investor tentang risiko yang terkait dengan keputusan investasi yang dilakukan berkaitan dengan aksi korporasi perseroan.

Meskipun sebuah perusahaan mungkin meningkatkan modal melalui penerbitan saham atau obligasi, investor harus mempelajari keuangan perusahaan untuk memastikan perusahaan tersebut cukup layak secara finansial untuk menjalankan komitmennya.

Investor menggunakan prospektus untuk mempelajari detail tentang perusahaan dan sahamnya seperti halnya pemberi kerja menggunakan resume untuk mempelajari detail tentang calon pekerjaan.

Topik yang dibahas dalam prospektus meliputi risiko, riwayat keuangan, deskripsi tim manajemen, nilai dan jumlah sekuritas, apakah penawaran itu publik atau pribadi, jumlah saham yang ditawarkan, dan bagaimana hasil investasi akan digunakan.

 

2 dari 5 halaman

Trivia Saham: Mengenal Unrealized Loss dan Gain saat Investasi

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, saat investasi, umumnya orang akan mengenal istilah untung dan rugi. Namun rupanya ada istilah yang memiliki arti serupa tetapi tak sama, yakni unrealized gain dan unrealized loss.

Secara harfiah, unrealized gain dapat diartikan keuntungan yang belum direalisasikan. Sebaliknya, unrealized loss artinya kerugian yang belum direalisasikan. Meski sama-sama menakar soal untung dan rugi, tetapi baik unrealized gain dan unrealized loss memiliki kondisi berbeda dibanding sekadar untung dan rugi pada umumnya.

Melansir laman Investopedia, Minggu (11/12/2022), unrealized gain adalah kondisi di mana terdapat kenaikan harga aset atau saham yang dimiliki, tetapi investor belum melakukan penjualan aset tersebut. Misalnya, investor X membeli saham ABCD di harga Rp 100 per saham.

Pada kemudian hari, saham ABCD naik menjadi Rp 130 per saham. Artinya ada keuntungan atau gain sebesar Rp 30 per saham. Namun, karena investor A tidak melakukan penjualan saham, maka kondisi ini disebut unrealized gain atau keuntungan yang belum terealisasi.

Sebaliknya, unrealized loss terjadi jika saham ABCD mengalami penurunan harga. Sementara investor A tidak melakukan penjualan, biasanya investor memiliki penilaian bahwa saham A berpotensi naik kembali di masa mendatang.

Misalnya, saham ABCD yang semula dibeli pada harga Rp 100 per saham, kini turun menjadi 80 per saham. Artinya, ada kerugian atau loss sebesar Rp 20 per saham. Namun karena investor A tidak menjual saham ABCD saat terkoreksi, maka kondisi itu disebut unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi.

 

 

 

3 dari 5 halaman

Trivia Saham: Strategi Atur Emosi saat Perdagangan di Pasar Modal

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ketika investor dan trader sedang transaksi saham, emosi berlebihan bisa saja hadir. Munculnya emosi tersebut dapat timbul karena pergerakan pasar yang tidak sesuai analisis, alami stop loss dan risiko dalam trading yang dapat saja dialami trader.

Akan tetapi, kematangan trader akan teruji saat paham dengan cara kelola emosi. Demikian mengutip dari laman most.co.id, Senin (21/11/2022).

Adapun emosi yang dikelola dengan baik dapat menjadi senjata untuk dapat bertahan saat situasi pasar saham yang tidak menentu. Tak ada seorang pun yang dapat menentukan dengan pasti akan ke arah mana pasar bergerak. Namun, trader dapat mengatur emosi dengan menjalankan kedisiplinan dan menerapkan tips trading.

Emosi tersebut juga dapat terjadi kepada investor senior jadi bukan hanya pemula saja. Hal ini lantaran rencana trading belum sesuai harapan. Berikut strategi atur emosi saat trading dikutip dari laman most.co.id:

1.Selalu Ingat dan Fokus dengan Tujuan Awal Investasi

Sebelum mulai investasi, pada awalnya seseorang memiliki tujuan yang ingin dicapai. Ada yang ingi mencapai kebebasan keuangan, punya penghasilan pasif, dana masa depan dan sebagainya. Apapun tujuan investasi, seseorang harus tetap ingat dan konsisten mencapai tujuan tersebut.

Dengan fokus pada tujuan awal, seseorang akan bisa bertahan untuk tidak meluapkan emosi apapun yang terjadi di pasar saham.

4 dari 5 halaman

Punya Trading Plan

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seberapapun besar dana yang dimiliki, performa investasi Anda akan sulit untuk dapat berkembang apabila tidak ditopang dengan trading plan yang baik. Saat membuat trading plan, seseorang dapat membuat rencana investasi beserta seberapa besar keuntungan yang ingin didapatkan.

Trading plan juga dapat membuat aktivitas trading sesuai dengan keadaan sesungguhnya . Selain itu, trading plan juga akan membantu dalam menentukan kapan harus keluar dari pasar agar tidak terbawa arus yang dapat sebabkan kerugian besar.

3.Konsisten pada trading plan yang sudah dibuat

Ada kalanya pada saat sudah membuat trading plan yang matang dan menerapkannya, kondisi pasar sesungguhnya ternyata dapat berpotensi memberikan keuntungan dibandingkan dalam trading plan yang dibuat.

Kondisi ini dapat memancing Anda bertindak di luar trading plan, seperti misalnya memilih tidak keluar sambil berharap akan bisa mendapatkan keuntungan lebih. Namun, sering kali merupakan awal dari kerugian karena tidak ada seorang pun yang dapat menebak secara pasti kemana pasar akan bergerak.

Sifat rakus atau tamak dapat membuat emosi menjadi labil yang akhirnya Anda mungkin akan membuat keputusan yang tidak didasarkan pada logika dan akan menuju pada kegagalan dalam trading.

 

5 dari 5 halaman

Punya Portofolio Saham dari Sektor Berbeda

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

4.Memiliki Portofolio Saham dari Perusahaan yang Berbeda Jenis Usaha

Diversifikasi dalam portofolio juga penting. Dalam hal ini terkait kepemilikan saham perusahaan dari bidang usaha yang berbeda.

Misalkan, Anda selain memiliki saham di perusahaan energi, Anda dapat juga memiliki saham perusahaan di bidang konsumen dan perbankan. Hal ini dilakukan untuk menjaga psikologis sebagai trader agar tidak buru-buru menarik dana dari saham yang dimiliki.

5.Istirahat

Istirahat juga baik dilakukan pada saat trading. Seseorang dalam keadaan lelah rentan untuk membuat keputusan yang tidak dipikirkan secara matang karena kapasitas logika yang berkurang akibat rendahnya energi. Kelelahan juga dapat menyebabkan stres berlebih yang bisa mempengaruhi kesehatan.

Apabila Anda ingin bergelut dalam dunia trading untuk jangka waktu yang panjang maka amat disarankan untuk peka dengan situasi di mana Anda membutuhkan momen untuk berisitrahat sejenak dari aktivitas trading saham. Waktu rehat juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan kaji ulang terhadap strategi dalam trading plan Anda.

Emosi merupakan hal yang wajar dirasakan bagi manusia apalagi seorang trader yang berkecimpung dalam dunia saham yang merupakan sesuatu bersifat dinamis.

Mengendalikan emosi menjadi penting di sini karena meskipun kita tidak dapat mengontrol arah pasar tetapi kita bisa mengontrol emosi kita sendiri dalam menyikapi apa yang terjadi dengan performa saham kita.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya