Uni Eropa: Rusia Adalah Negara Sponsor Terorisme

Rusia resmi disebut negara sponsor terorisme oleh Uni Eropa.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2022, 09:35 WIB
Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kedua kiri) bergabung untuk menanam pohon di sela-sela pertemuan KTT G20 di hutan mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Indonesia, Rabu (16/11/2022). Para pemimpin dunia menanam mangrove bersama untuk menekankan peran penting menangani krisis iklim. (AP Photo/Alex Brandon, Pool)

Liputan6.com, Brussels - Federasi Rusia kini telah ditetapkan sebagai negara sponsor terorisme oleh Uni Eropa. Ini akibat serangan militer Rusia terhadap Ukraina. 

Berdasarkan laporan VOA Indonesia, Kamis (24/11/2022), langkah ini lebih bersifat simbolis karena Uni Eropa tidak memliki kerangka hukum untuk mendukungnya. Pada saat yang sama, blok itu memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, atas invasinya ke Ukraina.

Rusia menanggapi keputusan Parlemen Eropa itu dengan penuh kemarahan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menulis di Telegram, “saya mengusulkan menunjuk Parlemen Eropa sebagai sponsor kebodohan.”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mendesak Amerika dan negara-negara lain untuk menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, menuduh pasukannya menarget warga sipil. Hal ini telah berulangkali dibantah Rusia.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sejauh ini menolak menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme meskipun resolusi di kedua majelis di Kongres telah mendesaknya untuk mengambi langkah ini.

Departemen Luar Negeri Amerika sebelumnya telah menyebut empat negara – yaitu Kuba, Korea Utara, Iran dan Suriah – sebagai negara-negara sponsor terorisme, yang berarti mereka dapat dijatuhi pembatasan keuangan dan dikenai larangan ekspor pertahanan.

Menurut European Parliamentary Research Service, di Uni Eropa, sejauh ini ada empat parlemen negara yang telah menyatakan Rusia sebagai negara sponsor terorisme, yaitu Lithuania, Latvia, Estonia dan Polandia.

2 dari 4 halaman

Bangsal Bersalin Ukraina Diserang Roket Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya pada konser perayaan delapan tahun referendum tentang status negara bagian Krimea dan Sevastopol serta penyatuannya kembali dengan Rusia, di Moskow, Rusia (18/3/2022). (Ramil Sitdikov/Sputnik Pool Photo via AP)

Seorang bayi yang baru lahir tewas setelah serangan Rusia yang menghantam bangsal bersalin di wilayah Zaporizhzhia selatan, Ukraina.

Wilayah ini merupakan area yang diklaim Moskow lewat aturan aneksasinya, kata layanan darurat Ukraina, dikutip dari laman Straits Times, Rabu (23/11). 

Serangan roket di wilayah yang terdapat rumah sakit setempat ini berisi gedung bangsal berlantai dua.

Mereka menambahkan bahwa ada "seorang wanita yang sedang melahirkan dengan bayi yang baru lahir, serta seorang dokter" di dalam gedung tersebut.

"Akibat penyerangan, seorang bayi yang lahir pada tahun 2022 meninggal, wanita dan dokter tersebut berhasil diselamatkan dari reruntuhan,” kata tim penyelamat, menambahkan bahwa menurut informasi awal, tidak ada orang lain yang terperangkap di bawah reruntuhan.

Layanan darurat mengunggah video penyelamat yang bekerja untuk membebaskan seorang pria di reruntuhan bangsal bersalin yang tampaknya hancur.

Presiden Volodymyr Zelensky pada hari Rabu menuduh Rusia membawa "teror dan pembunuhan" ke Ukraina setelah serangan tersebut.

3 dari 4 halaman

Sekjen NATO: Membela Ukraina Sama dengan Mempertahankan Demokrasi

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden Rusia Vladimir Putin usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Sebelum ke Rusia, Jokowi juga ke Ukraina pada Rabu (29/6). Dalam lawatan itu, Jokowi bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky. (FOTO: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta anggota NATO meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Hal tersebut, kata Stoltenberg, untuk memastikan hasil terbaik bagi negara itu sebagai "negara yang berdaulat, independen, dan demokratis di Eropa."

“Kita perlu menyadari bahwa perang ini kemungkinan besar akan berakhir pada tahap tertentu – di meja perundingan. Tetapi kita juga tahu bahwa hasil dari negosiasi itu sepenuhnya bergantung pada kekuatan di medan perang,” kata Stoltenberg, pada Senin (21/11), dalam pertemuan Majelis Parlemen NATO di Madrid. Aliansi ini, imbuhnya, harus menginvestasikan lebih banyak uang untuk membela Ukraina.

Ia mencatat bahwa membela Ukraina adalah mempertahankan demokrasi. “Jika kita membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menang, kita semua harus menanggung risiko yang jauh lebih tinggi. Rezim otoriter di seluruh dunia akan belajar bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan kekerasan.”

Stoltenberg menambahkan bahwa pada akhir tahun, NATO akan mengeluarkan lebih dari $350 miliar ekstra untuk sektor pertahanan sejak 2014, dikutip dari VOA Indonesia.

NATO, katanya, harus meningkatkan infrastruktur militer di Eropa dan menuntaskan proses masuknya Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi itu.

Stoltenberg memuji kemajuan militer Ukraina melawan Rusia. Tetapi, ia memperingatkan bahwa adalah kesalahan jika sejumlah pihak saat ini mulai meremehkan kekuatan militer Federasi Rusia.

4 dari 4 halaman

Masalah Nuklir

Seorang rekrutan menembakkan senapan mesin saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Berbicara kepada majelis itu melalui video, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menekankan pentingnya dukungan militer dan keuangan NATO bagi Ukraina dan mendesak aliansi untuk menyambut Ukraina ke dalam Uni Eropa dan NATO. Presiden Ukraina mendesak anggota NATO untuk menjamin perlindungan fasilitas nuklir dari "sabotase Rusia."

Rusia dan Ukraina pada Senin saling tuding atas setidaknya selusin ledakan yang terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang telah berada di bawah kendali Rusia tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Dalam pernyataan pada Senin, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi bahwa tidak ada masalah keselamatan atau keamanan nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina. Peralatan utama tetap utuh meskipun terjadi penembakan besar-besaran di fasilitas tersebut selama akhir pekan yang menyebabkan kerusakan luas, kata pengawas atom PBB setelah para ahlinya mengunjungi lokasi tersebut.

Infografis Rusia Didepak dari Dewan HAM PBB (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya