Dianggap Provokasi, Korea Utara Minta AS dan Korsel Setop Latihan Militer Besar-Besaran

Pihak Pyongyang meminta agar Korea Selatan dan AS menghentikan latihan militer besar mereka.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 01 Nov 2022, 07:29 WIB
Ekspresi Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat memantau latihan militer Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). Latihan militer digelar ketika perundingan nuklir dengan Amerika Serikat terhenti. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara pada Senin (31/10) menuntut agar Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan militer skala besar, menyebutnya sebagai provokasi yang dapat menarik "tindakan lanjutan yang lebih kuat" dari Pyongyang.

"Situasi di Semenanjung Korea dan sekitarnya telah memasuki fase konfrontasi yang serius untuk kekuasaan lagi karena gerakan militer AS dan Korea Selatan yang tak henti-hentinya dan sembrono," kata kementerian luar negeri Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh pejabat negara itu. 

Amerika Serikat dan Korea Selatan memulai salah satu latihan udara militer gabungan terbesar mereka pada hari Senin, dengan ratusan pesawat tempur dari kedua belah pihak melakukan serangan tiruan 24 jam sehari selama lebih dari seminggu.

Operasi itu, yang disebut Vigilant Storm, akan berlangsung hingga Jumat, dan akan menampilkan sekitar 240 pesawat tempur yang melakukan sekitar 1.600 serangan mendadak, kata Angkatan Udara AS.

Washington dan Seoul yakin Pyongyang mungkin akan melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017 dan telah menerapkan strategi "menghalangi" Pyongyang melalui latihan militer besar yang menurut beberapa pejabat saat ini dan mantan pejabat dapat memperburuk ketegangan.

2 dari 4 halaman

Korut Mengancam

Korea Utara yang bersenjata nuklir telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kritikus lainnya. (Foto: AFP / Ed Jones)

Pernyataan kementerian luar negeri mengatakan Korea Utara "siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyat dan integritas teritorial dari ancaman militer luar".

"Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, DPRK akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat," katanya, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara.

"Jika AS tidak menginginkan perkembangan serius yang tidak sesuai dengan kepentingan keamanannya, AS harus segera menghentikan latihan perang yang tidak berguna dan tidak efektif. Jika tidak, ia harus menanggung semua konsekuensinya sepenuhnya."

3 dari 4 halaman

Korut Kecam Latihan Militer AS

Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)

Pada hari Jumat, pasukan Korea Selatan menyelesaikan latihan lapangan Hoguk 22 selama 12 hari, yang menampilkan pendaratan amfibi tiruan dan penyeberangan sungai, termasuk beberapa latihan dengan pasukan AS.

Korea Utara mengutuk latihan bersama sebagai latihan untuk invasi dan bukti kebijakan bermusuhan oleh Washington dan Seoul. Pihaknya telah meluncurkan rudal, melakukan latihan udara, dan menembakkan artileri ke laut sebagai tanggapan atas latihan tersebut.

Mereka telah mengabaikan seruan AS yang berulang kali untuk melanjutkan pembicaraan mengenai program nuklir dan misilnya dan malah memulai serangkaian uji coba misil yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini.

4 dari 4 halaman

Desak Korut untuk Dialog

Seorang perempuan berjalan melewati layar yang menunjukkan siaran berita dengan rekaman file uji coba rudal Korea Utara, di stasiun kereta api di Seoul, Minggu (5/6/2022). Peluncuran itu dilakukan sehari setelah angkatan laut Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan gabungan tiga hari di perairan Okinawa Jepang. (Anthony WALLACE / AFP)

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada hari Senin menegaskan kembali seruan agar Korea Utara kembali ke pembicaraan, sambil menambahkan bahwa kebijakan AS untuk mencari denuklirisasi lengkap di semenanjung Korea tidak berubah.

Dia ditanya pada konferensi pers tentang komentar pekan lalu oleh seorang pejabat senior AS yang bertanggung jawab atas kebijakan nuklir yang mengangkat alis dengan mengatakan Washington akan bersedia untuk terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata dengan Korea Utara, sesuatu yang menurut beberapa ahli akan memerlukan pengakuan Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir.

Ditanya apakah Amerika Serikat pada akhirnya akan mengakui Korea Utara seperti itu, Price menjawab: "Itu bukan kebijakan kami. Saya tidak memperkirakan itu akan menjadi kebijakan kami."

Infografis Uji Rudal Terbaru Korea Utara

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya