Kehadiran UUS BTN di BSI Disebut Jadi Suntikan Tenaga bagi Industri Keuangan Syariah

Konsolidasi BSI dan UUS BTN, Suntikan Tenaga bagi Industri Keuangan Syariah

oleh Tira Santia diperbarui 23 Jun 2022, 23:19 WIB
BTN Syariah mencatatkan pertumbuhan kinerja mencapai double digit di masa pandemi. Pembiayaan UUS BTN tersebut tercatat tumbuh hingga 12,6% per Februari 2021 ditopang masih tingginya kebutuhan akan rumah serta berbagai stimulus pemerintah di sektor perumahan. (Liputan6.com/Pool/BTN)

Liputan6.com, Jakarta Keputusan pemerintah mendorong PT Bank Syariah Indonesia Tbk mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dinilai langkah tepat untuk memperkuat industri keuangan syariah.

Sebagaimana diketahui, satu pekerjaan rumah besar perbankan syariah adalah meningkatkan penetrasi pasar.

Anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidowi sepakat dengan rencana konsolidasi seluruh bank syariah pelat merah dalam satu atap. “Saya kira bagus karena tinggal BTN Syariah yang belum dilebur ke BSI,” kata dia.

Achmad mengatakan bahwa dengan hadirnya BTN Syariah di tubuh BSI, akan menjadi suntikan tenaga baru bagi industri keuangan syariah.

Aset dan keahlian khusus BTN dalam menggarap pembiayaan perumahan akan menjadi modal kuat BSI masuk dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia. Bergabungnya BTN Syariah di tubuh BSI juga akan meningkatkan aset bank secara signifikan.

Per Maret 2022, aset UUS milik BTN sebesar Rp 37,35 triliun. Dia menambahkan Indonesia sudah sepatutnya memiliki bank syariah berstatus BUMN dengan kemampuan yang komprehensif. Potensi ekonomi syariah di negara ini terbilang komplit.

Saat ini Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk muslim di Tanah Air mencapai 229 juta jiwa atau sekitar 87,2 persen dari total populasi.

Selain itu preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah sebenarnya cukup kuat. Akan tetapi membutuhkan sedikit dorongan dan dukungan dari berbagai pihak agar pertumbuhannya signifikan.

Potensi lain adalah industri halal di Indonesia yang nilainya kurang lebih Rp 4.375 triliun. Dari total nilai tersebut, Industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak senilai Rp 2.088 triliun disusul aset keuangan syariah senilai Rp 1.438 triliun.

 

2 dari 3 halaman

Jadi Nilai Tambah

Nasabah Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tengah melakukan transaksi di kantor BTN Syariah di Jakarta, Rabu (06/04/2021). BTN Syariah tetap mencatatkan pertumbuhan kinerja mencapai double digit kendati berada di masa pandemi. (Liputan6.com/Pool/BTN)

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak sepakat bahwa penyatuan seluruh bank syariah BUMN dalam satu atap akan melahirkan kekuatan baru bagi industri.

Dia berharap konsolidasi akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Amin pun mendukung langkah pemerintah asalkan BSI dapat berkomitmen untuk memperbesar pembiayaan kepada UMKM.

Menurutnya sejauh ini penyaluran pembiayaan dari bank syariah untuk sektor tersebut masih tergolong kecil.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran pembiayaan dari bank umum syariah dan UUS kepada UMKM per Februari 2022 Rp78,59 triliun, naik 11,5 persen secara tahunan (yoy). Jumlah ini berkontribusi sebesar 19,1 persen dari total pembiayaan syariah.

Terpisah, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan Subchi mengatakan akuisisi BTN Syariah oleh BSI sesuai dengan tren saat ini, di mana bank-bank sudah harus melakukan konsolidasi.

"Skenario ambil alih BTN syariah juga diharapkan dapat membuat pasar syariah ke depan semakin berkembang. Oleh sebab itu saya mengimbau, akuisisi ini harus bisa dilakukan dengan lancar, dan sesuai GCG (Good Corporate Governance)," ujar Fathan.

Senada, dia menilai langkah tersebut juga perlu dilakukan guna memperkuat kapasitas BSI di kancah global.

“Saya juga melihat upaya BSI ini bisa mendorong rencana BSI yang mau menjadi bank 10 besar bank syariah di dunia," jelas Fathan.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Perbankan Syariah di Indonesia

Ilustrasi Bank

Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan aset bank syariah, rata-rata, selalu di atas industri perbankan secara umum.

Pada 2017 misalnya, saat aset bank konvensional tumbuh kurang dari 10 persen yoy, bank syariah melesat 18,8 persen yoy.

Begitu pula dalam 4 tahun setelahnya di mana aset bank syariah selalu tumbuh di atas 10 persen yoy, tetapi bank konvensional rata-rata kurang dari 9 persen yoy.

Kendati demikian pangsa pasar bank syariah tidak terkerek jauh. Sejak 2012 hingga Februari 2022, penguasaan pasar bank yang menjalankan bisnis berdasarkan asas Islam ini hanya bergerak dari 4,37 persen menjadi lebih dari 6 persen.

Bila melihat tren, sejak 2012, pertumbuhan aset bank syariah melambat. Pada 2012 bank syariah sempat mencatat kenaikan 24,1 persen yoy.

Kemudian hingga Februari 2022, bank syariah melaporkan pertumbuhan aset lebih dari 20 persen yoy hanya satu kali yakni pada 2016, sedangkan sisanya berkisar antara 8 persen–14 persen secara tahunan.

Sementara itu dari sisi pembiayaan, bank syariah juga terpantau mengalami tren perlambatan pertumbuhan.

Per Februari 2022, total pembiayaan naik 7,6 persen yoy. Pada 2016 fungsi intermediasi bank syariah tumbuh 16,4 persen yoy.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya