Menkes Budi: Confirm, Kenaikan Kasus COVID-19 Imbas Subvarian BA.4 dan BA.5

Masuknya varian BA.4 dan BA.5 berimbas pada kenaikan kasus COVID-19 di RI seperti disampaikan Menkes Budi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Jun 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi varian Covid-19 terbaru Omicron XE/ copyright pexels.com

Liputan6.com, Jakarta - Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah masuk RI. Temuan subvarian tersebut berimbas pada kenaikan kasus harian COVID-19 di Tanah Air. Bila di akhir Mei kasus COVID-19 sempat di angka 200-an, menilik beberapa hari belakangan, kasus positif sempat berada di angka 500 bahkan 600 dalam sehari.

Banyak yang menduga kenaikan kasus akibat libur Lebaran 40 hari yang lalu. Namun, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa kenaikan kasus akhir-akhir ini terjadi karena adanya varian baru yakni BA.4 dan BA.5.

"Confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," kata Budi usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.

Memang pada libur Lebaran tahun lalu dan Natal dan Tahun Baru kemarin ada kenaikan kasus. Namun, kenaikan kasus terjadi pada hari 24-37.

Lalu, Budi juga mengatakan setiap ada lonjakan besar di suatu negara itu bukan karena hari raya tapi karena ada varian baru.

Beberapa negara yang sudah kemasukan BA.4 dan BA.5 juga melaporkan kenaikan kasus seperti disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kesempatan yang sama.

Airlangga menyebut Australia dalam sehari bisa mencapai 16 ribuan, India 8.500, Singapura 3.100, Thailand 2.400 dan Malaysia 1.700.

 

 

2 dari 5 halaman

BA.4 Tingkatkan Kasus tapi Hospitalisasi dan Kematian Rendah

Berkaca dari pengalaman Afrika Selatan menghadapi dua subvarian Omicron, laju penularan BA.4 dan BA.5 sepertiga dari puncak kasus Delta dan Omicron.

Lalu, tingkat hospitalisasi sekitar sepertiga dari kasus Delta dan Omicron. Lalu, angka kematian sekitar 1/10 dari kasus kematian dari gelombang Delta dan Omicron.

"Jadi, memang BA.4 dan BA.5 menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara dunia tapi puncak dari kenaikan kasus, hospitalisasi dan kematian jauh lebih rendah dari Omicron awa-awal-awal," kata Budi.

 

3 dari 5 halaman

Transmisi Lokal BA.4 dan BA.5 Sudah Terjadi di Jakarta

Hingga hari ini, Senin, 13 Juni 2022, sudah terdeteksi 8 orang terpapar BA.4 dan BA.5 yang terdiri dari 3 WNA dan 5 WNI asal Jakarta berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sekuencing 6 dan 10 Juni 2022.

Salah satu pasien di atas adalah pria WNI 27 tahun yang terkonfirmasi BA.4 saat berada di Bali untuk meliput acara The Global Platform for Disaster Risk Reduction 23-28 Mei 2022. Pasien pria tersebut ternyata berasal dari Jakarta. Hal ini menandakan bahwa penularan anak Omicron telah terjadi di ibu kota RI.

"Jadi, memang transmisi lokal ini sudah terjadi di Jakarta," kata Budi.

Bila dilihat data per provinsi sebenarnya kenaikan tidak terjadi di semua provinsi. Hanya beberapa yang mengalami kenaikan seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Bali. Namun, secara keseluruhan Budi bakal terus memonitor.

"Kami akan terus memonitor kondisinya, masih relatif baik dibandingkan dengan negara lain," katanya.

Saat ini laju transmisi kasus COVID-19 di Indonesia adalah 1 per 1000 ribu penduduk per minggu. Angka ini masih lebih rendah dari standar WHO adalah 20 per 100 ribu per minggu.

Lalu positivity rate kita ada di 1,36 persen dari standar WHO yang 5 persen. Lalu reproduction rate di angka satu.

"Dari tiga indikator ini kondisi Indonesia masih baik," kata Budi.

4 dari 5 halaman

Siap-Siap Puncak Gelombang BA.4 dan BA.5

Puncak kasus gelombang Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022.

"Pengamatan kami nih, puncak gelombang BA.4 dan BA.5 itu terjadi satu bulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi, minggu kedua atau ketiga Juli kita akan lihat puncak dari kasus BA.4 dan BA.5," katanya.

Jika benar-benar masyarakat siap termasuk disiplin dalam menjalankan protokol kesehant dan sudah mendapatkan vaksinasi booster, kemungkinan puncak kasus gelombang BA.4 dan BA.5 tidak akan tinggi.

Meski saat ini kondisi Indonesia relatif baik, lebih baik tetap waspada dan berhati-hati kata Presiden Joko Widodo yang disampaikan Budi.

"Kewaspadaan kita, konservatifnya kita, kehati-hatian kita sudah memberikan hasil. Penanganan pandemi kita relatif baik dibandingkan negara lain," katanya.

5 dari 5 halaman

Karakteristik BA.4 dan BA.5

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Muhammad Syahril mengatakan di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID. Laporan tersebut berasal dari 58 negara dan ada 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.

Sedangkan BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.

"Penyebarannya cepat ya tapi tidak tingkat keparahannya tidak berat. Lebih ringan dari Omicron yang terdahulu, yang kita tahu Omicron awal-awal itu lebih ringan dari Delta," kata Syahril kepada wartawan pada Jumat, 10 Juni 2022.

Syahril mengingatkan bahwa dua subvarian ini bisa menyelinap atau lolos dari perlindungan yang diberikan lewat vaksinasi maupun kekebalan alami.

"Yang mungkin perlu kita waspadai yaitu immune escape."

"Artinya, subvarian ini menghindari dari imunitas seseorang, memiliki kemungkinan bisa menghindar, lolos dari perlindungan kekebalan yang sudah ada baik pada mereka yang sudah divaksinasi maupun yang dapat kekebalan alamiah. Itu kenapa penyebarannya cepat ya," kata Syahril yang juga dokter spesialis paru itu.

Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya