Hanya Ingin Memiliki Kehidupan yang Biasa-Biasa Saja, Wajarkah?

Tidak salah bila ingin memiliki kehidupan yang biasa saja. Pastikan fokus pada kelebihan diri.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi percaya diri, menjadi diri sendiri. (Photo by Kitera Dent on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah terpaan media sosial yang memperlihatkan kesuksesan, pencapaian hidup, beragam prestasi ada juga orang yang ingin kehidupan yang biasa-biasa saja. Apakah salah bila hanya ingin menikmati kehidupan yang biasa tanpa mengharapkan sesuatu yang wow?

Psikolog klinis Rininda Mutia mengatakan tidak ada salahnya bila ada orang yang ingin punya kehidupan biasa saja, sebab definisi sukses itu bervariasi.

"Karena nilai dan kebutuhan seseorang berbeda-beda," kata Rininda.

Kesuksesan diartikan berbeda oleh setiap orang tergantung dari kebutuhan individu. Ada orang yang punya kebutuhan memiliki prestasi, nilai baik di sekolah dan jabatan bagus di kantor. Ada juga orang yang mementingkan interaksi dengan orang lain, lebih baik punya banyak teman ketimbang nilai bagus. Ada pula mereka yang lahir dengan kebutuhan untuk punya kuasa, hasrat menjadi seorang pemimpin.

Oleh karena itu, kesuksesan individu bisa diartikan berbeda-beda. Bagi orang yang menginginkan kehidupan stabil, maka hidup wajar adalah hasil kesuksesan. Di sisi lain, ada orang yang menganggap hidup stabil itu membosankan dan ingin hidup lebih menantang bagai rollercoaster.

"Jadi, inilah mengapa kita tidak bisa membandingkan satu orang dengan yang lainnya. Kita tidak bisa bilang dia sukses dan dia tidak sukses," kata Rininda mengutip Antara.

2 dari 2 halaman

Soal Standar Kesuksesan yang Tak Tertulis

Ilustrasi tersenyum, tertawa, percaya diri. (Photo by Flávia Gava on Unsplash)

Ia tidak menampik ada standar tak tertulis di masyarakat mengenai kriteria kesuksesan. Mulai dari masuk sekolah terbaik, lulus dengan nilai bagus, masuk universitas favorit, bekerja di perusahaan tertentu, punya rumah bagus dan punya kekayaan materi bernilai besar. Namun, bukan berarti seseorang harus mengikuti "aturan" tersebut jika ternyata nilai-nilai itu bertentangan dengan diri individu.

"Ini pentingnya mengenali diri kita sendiri. Kebutuhan saya apa? Nilai-nilai dalam diri saya apa? Apakah saya sudah menjalani hidup sesuai dengan keinginan dan nilai-nilai dalam diri saya?"

Psikolog dari Universitas Atma Jaya Jakarta ini menyarankan setiap individu untuk fokus terhadap kelebihan diri sendiri dan menerima kekurangan masing-masing. Sebagai contoh, seorang anak jago di bidang bahasa dan kurang pandai di bidang matematika. Maka, kembangkanlah diri di bidang yang dikuasai atau bakat yang dimiliki agar hasilnya luar biasa.

Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan, seseorang bisa sedikit-sedikit memperbaiki kekurangan tapi lebih fokus untuk meningkatkan apa kelebihannya sehingga lebih mudah meraih kesuksesan di jalur tersebut.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya