Saudi Aramco Jadi Perusahaan Paling Bernilai di Dunia, Geser Apple

Adapun sebelumnya, Apple melewati Saudi Aramco untuk menjadi perusahaan paling bernilai di dunia pada tahun 2020.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 12 Mei 2022, 14:00 WIB
Raksasa minyak Saudi Aramco didaulat menjadi perusahaan paling berharga di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Raksasa minyak Saudi Aramco didaulat menjadi perusahaan paling berharga di dunia. Perusahaan ini mampu menggeser posisi Apple. 

Adapun sebelumnya, Apple melewati Saudi Aramco untuk menjadi perusahaan paling bernilai di dunia pada tahun 2020.

Melansir laman CNBC, Kamis (12/5/2022), valuasi pasar Aramco mencapai USD 2,43 triliun, menurut FactSet. Perusahaan ini mengubah kapitalisasi pasarnya menjadi dolar.

Sementara nilai valuasi Apple, yang sahamnya turun lebih dari 5 pern selama perdagangan di AS pada hari Rabu, kini hanya bernilai USD 2,37 triliun.

Saham dan harga energi diketahui terus meningkat karena investor menjual ekuitas di beberapa industri.

Penjualan ini termasuk sektor teknologi, di tengah kekhawatiran lingkungan ekonomi yang memburuk.

Harga saham memang Apple telah jatuh hampir 20 persen sejak puncaknya sebesar USD 182,94 pada 4 Januari 2022.

Hal ini bisa menjadi sinyal jika menunjukkan bagaimana pasar bergeser ketika ekonomi global bergulat dengan kenaikan suku bunga, inflasi, dan masalah rantai pasokan.

Saham Aramco naik lebih dari 27 persen sejauh ini pada 2022. Pada bulan Maret, raksasa minyak tersebut melaporkan bahwa laba setahun penuhnya tahun lalu meningkat lebih dari dua kali lipat karena melonjaknya harga minyak.

 

2 dari 3 halaman

Saudi Aramco Ketiban Cuan Harga Minyak Mentah Melambung di 2021, Untung Rp 1,5 Kuadriliun

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Raksasa minyak Arab Saudi, yakni Aramco, ketiban cuan lonjakan harga minyak mentah dunia. Perusahaan mencatat pendapatan setahun penuh naik lebih dari dua kali lipat secara year on year.

Dilansir dari CNBC International, Senin (21/3/2022) laba bersih Aramco di tahun 2021 meningkat 124 persen menjadi USD 110 miliar atau setara Rp 1,5 kuadriliun (asumsi kurs Rp 14.400).

Jumlah itu jauh lebih dari yang tercatat pada tahun 2020, yaitu USD 49 miliar atau Rp 702,6 triliun pada 2020. 

Lonjakan pendapatan ini terjadi karena harga minyak mentah yang sudah tinggi, margin penyulingan dan bahan kimia yang lebih kuat, dan konsolidasi bisnis bahan kimia Aramco, yakni SABIC, dalam hasil setahun penuh.

Namun ternyata, angka-angka itu sesuai dengan ekspektasi, dengan analis yang sebelumnya sudah memperkirakan laba bersih Aramco sebesar USD 109,7 miliar untuk setahun penuh.

Saham Aramco di Saudi Tadawul Exchange juga naik hampir 4 persen pada perdagangan.

"Hasil kuat kami adalah bukti disiplin keuangan kami, fleksibilitas melalui kondisi pasar yang berkembang dan fokus teguh pada strategi pertumbuhan jangka panjang, yang menargetkan pertumbuhan nilai bagi pemegang saham kami," kata CEO Aramco, Amin Nasser dalam sebuah keterangan tertulis.

3 dari 3 halaman

Aramco Melihat Keuntungan di 2021, Bagaimana Tahun Ini?

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Aramco diuntungkan dari melonjaknya harga minyak selama tahun 2021, dengan patokan internasional harga minyak mentah Brent naik di atas USD 80 per barel pada akhir tahun, yang naik 50 persen dalam periode 12 bulan.

Namun, kekurangan pasokan minyak menambah banyak faktor kompleks yang mendorong ketidakpastian besar di seluruh kompleks energi dan komoditas, bahkan sebelum konflik Rusia-Ukraina.

"Meskipun kondisi ekonomi telah membaik secara signifikan, namun prospeknya tetap tidak pasti karena berbagai faktor makro ekonomi dan geopolitik,"  kata CEO Aramco, Amin Nasser.

"Kami melihat permintaan minyak yang sehat. Sayangnya ada penyusutan kapasitas cadangan global, dikombinasikan dengan persediaan rendah dan kurangnya investasi," bebernya.

Aramco mengungkapkan rencananya untuk berinvestasi dalam meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah menjadi 13 juta barel per hari pada tahun 2027, dan berupaya meningkatkan produksi gas lebih dari 50 persen pada tahun 2030.

Perusahaan itu juga mentargetkan emisi gas rumah kaca Lingkup 1 dan Lingkup 2 bersih-nol di seluruh aset yang dioperasikan sepenuhnya pada 2050. 

"Kami melakukan bagian kami, tetapi itu tidak cukup. Pemain lain di industri juga perlu melakukan bagian mereka dan meningkatkan investasi," ujar Amin Nasser, seraya mencatat permintaan minyak akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya