Mitos Kesehatan Sepekan: Omicron Senjata Biologis hingga Vaksin COVID-19 Tingkatkan Risiko HIV

Beberapa kabar hoaks dan mitos kesehatan masih bermunculan di media sosial. Berikut penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 14 Mar 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi Cek Fakta

Liputan6.com, Jakarta - Informasi hoaks terus bermunculan di media sosial, tidak terkecuali hoaks dan mitos kesehatan yang dapat mempengaruhi masyarakat. Salah satunya klaim Covid-19 varian Omicron yang merupakan senjata biologis buatan.

Postingan tersebut beredar sejak tengah pekan ini. Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Instagram. Akun itu mempostingnya pada 9 Maret 2022.

Berikut isi postingannya:

"Covid-19 varian omicron beneran senjata biologis ya? ini emang settingan WHO, Bill Gates, dan Paus Fransiskus ya?"

Namun setelah ditelusuri, postingan yang mengklaim covid-19 varian Omicron merupakan senjata biologis buatan adalah hoaks.

Faktanya, Covid-19 varian Omicron bukan senjata biologis. Virus tersebut baru ditemukan pertama kali pada 24 November 2021 di Afrika Selatan.

Selain klaim varian Omicron merupakan senjata biologis buatan, terdapat mitos kesehatan lain yang telah ditelusuri selama sepekan. Berikut rangkumannya.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

2 dari 4 halaman

Membasahi Kepala Saat Awal Mandi Sebabkan Stroke

Gambar Tangkapan Layar Klaim Membasahi Kepala Saat Awal Mandi Sebabkan Stroke (sumber: Facebook).

Klaim tentang membasahi kepala saat awal mandi menyebabkan penyakit stroke beredar di media sosial. Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 1 Oktober 2017 lalu.

Akun Facebook tersebut mengunggah narasi berisi tata cara mandi agar tidak terkena penyakit stroke. Berikut isinya:

"Stroke di Kamar Mandi 💝

Kenapa banyak orang jatuh dan kena stroke dalam kamar mandi??

kenapa tidak di tempat lain??

Untuk renungan.....kita selalu dengar orang jatuh di kamar mandi dan kena stroke dan sebagainya.

Kenapa kita jarang dengar jatuh ditempat tempat lain?

Pada waktu saya mengikuti kursus gaya hidup sehat, seorang penceramah professor di universitas di malaysia, UITM yang juga terlibat dengan kegiatan olah raga negara menasihatkan supaya pada waktu mandi jangan basahkan kepala dulu, basahkan bahagian badan.

Ini karena apabila kepala basah dan dingin, darah semua akan mengalir ke kepala untuk memanaskan kepala, logika 'warm blooded human' dan jika ada saluran darah sempit, maka dapat terjadi kondisi saluran darah pecah. Ini kerapkali berlaku di kamar mandi.

Berikut cara mandi yang benar :

1. Pertama siramkan air di telapak kaki.

2. Kemudian dilanjutkan dengan segayung di betis.

3. Segayung di paha.

4. Segayung di perut.

5. Segayung di bahu.

6. Berhentilah sejenak 5-10 detik

Kita akan merasakan seperti uap/ angin yang keluar dari ubun-ubun bahkan meremang, setelah itu lanjutkan dengan mandi seperti biasa.

✅Hikmahnya: Seperti pada gelas yang diisi air panas kemudian kita isi dengan air dingin. Apa yang terjadi?

Gelas akan retak !!!

🚿 Jika tubuh kita .... apa yang retak?Suhu tubuh kita cenderung panas dan air itu dingin, maka yang terjadi jika kita mandi langsung menyiram pada badan atau kepala, angin yang harusnya keluar jadi terperangkap dan dapat membawa maut karena pecahnya pembuluh darah.

🚿 Maka sebab itu kita sering menjumpai orang jatuh di kamar mandi tiba-tiba kena 'stroke'. Boleh jadi kita sering masuk angin kerana cara mandi kita yang salah. Boleh jadi kita sering migrain kerana cara mandi yang salah.

🚿 Cara mandi ini baik bagi semua peringkat umur terutama yang memunyai sakit diabetes, darah tinggi, kolesterol dan migrain/ sakit kepala sebelah.

Salam berbagi 😍," tulis akun Facebook tersebut.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 727 kali dibagikan dan mendapat 24 komentar warganet.

Setelah ditelusuri, klaim membasahi kepala saat awal mandi menyebabkan penyakit stroke ternyata tidak benar. Faktanya, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

 

3 dari 4 halaman

Vaksin Covid-19 Meningkatkan Risiko HIV

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim vaksin Covid-19 meningkatkan risiko HIV,

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 meningkatkan risiko HIV, informasi tersebut diunggah oleh salah satu akun Facebook, pada 4 Maret 2022.

Unggahan klaim vaksin Covid-19 meningkatkan risiko HIV tersebut berupa video yang menyatakan vaksin Covid-19 mengandung HIV.

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Nah kaann yg punya model2 nyali penakut akibat copat copet, sekrng dah hrus makin takut lagi. Krn khawatir ada virus lain yg msuk kedlm tubuh anda,yaitu HIV. Ayo segera chek

50 juta dos vaksin di Australia dipulangkan kerana mempunyai "positif HIV/FALSE POSITIVE"

Pada tahun 2020 saintis memberi peringatan bahwa beberapa vaksin COVID-19 boleh meningkatkan risiko HIV. Magnitud ini tidak salah!

Sekumpulan saintis telah memberi peringatan kepada kami sejak 2020, bahawa calon vaksin COVID-19 tertentu boleh meningkatkan kepada HIV.

Penyelidik yang sama pada tahun 2007 mengetahui bahawa vaksin HIV eksperimen telah meningkatkan risiko kepada sesetengah orang untuk dijangkiti virus AIDS.

HEADS UP KPD ANDA KRN TV TDK MELAPORKANNYA"

Setelah ditelusuri, vaksin Covid-19 meningkatkan risiko HIV tidak benar. Tak satu pun dari vaksin yang berhasil dikembangkan mengandung virus HIV atau bagian-bagiannya.

Baca selengkapnya di tautan berikut ini.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya