Omicron RI Menggeliat, Lagi-Lagi Masyarakat Diminta Tidak Panik

Tidak perlu panik dalam menghadapi COVID-19 Varian Omicron

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 24 Jan 2022, 13:34 WIB
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Data sementara Kementerian Kesehatan hingga 10 Januari 2022, total ada 506 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Meski Varian Omicron tengah berkeliaran di tengah-tengah masyarakat, pemerintah mengimbau untuk tidak panik menghadapi situasi COVID-19 saat ini.

Tidak panik bukan berarti lengah dan tidak waspada serta hati-hati. Bagaimana juga penularan Omicron sedang tinggi-tingginya.

Adapun alasan tak perlu panik, karena menurut Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, hospitalisasi (dirawat di rumah sakit) dan kematian yang diakibatkan COVID-19 Omicron adalah rendah dibanding Varian Delta.

"Dari 1.600 (kasus Omicron per Senin, 24 Januari 2022), yang dirawat dan butuh oksigen hanya sekitar 20, wafat dua. Ini masih jauh sangat rendah dibanding Delta," kata Menkes saat Konferensi Pers Update Penanganan Pandemi COVID-19 pada Senin siang, 24 Januari 2022.

Terpenting, lanjut Budi, masyarakat harus memastikan bahwa protokol kesehatan (prokes) seperti pakai masker, cuci tangan, serta menjauhi kerumunan, tetap dijalankan jangan sampai kendur.

Nantinya, atas seiizin Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma'aruf Amin, data Peduli Lindungi yang akan mengukur kedisiplinan prokes mulai dibuka ke publik.

"Sehingga kita bisa melihat lokasi-lokasi mana yang disiplin sampai ke level titik lokasinya, kantornya, tokonya," katanya.

"Sehingga masyarakat bisa bantu mengontrol penggunaan Peduli Lindungi," Budi melanjutkan. 

Ke depan juga, kata Budi, tidak semua kasus COVID-19 RI akan di-tes whole genome sequence (WGS) guna mengetahui terinfeksi Varian Omicron atau tidak.

"Dari sisi surveillance (pengawasan), ditekankan karena kasusnya semakin banyak, WGS akan lebih kita arahkan untuk menganalisa pola penyebaran kasus Omicron," kata Menkes

Dijelaskan Budi, Indonesia akan menggunakan swab test PCR dengan SGTF (S-gene Target Failure). Sebuah teknologi RNS untuk melakukan pemeriksaan probable (kemungkinan) COVID-19 Omicron.

"Kita akan menggunakan PCR SGTF yang jauh lebih cepat. Nah, PCR yang bisa mendeteksi Omicron sudah kita distribusikan dan akan segera kita tambah untuk didistribusikan ke daerah-daerah," kata Budi.

"Kami arahkan disiplin untuk melakukan testing 1 per 1.000 penduduk per minggu tetap dijalankan," pungkasnya.

2 dari 2 halaman

Infografis Zona Merah Covid-19 Varian Omicron di Jakarta

Infografis Zona Merah Covid-19 Varian Omicron di Jakarta . (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya