Neraca Perdagangan Indonesia Bisa Surplus Gara-gara Negara Berikut

Surplus neraca perdagangan ditopang surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,30 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 0,93 miliar.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 20 Okt 2021, 19:00 WIB
Sebuah kapal bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Neraca perdagangan mencatatkan surplus USD 4,37 miliar pada September 2021. Surplus neraca  dagang diklaim seiring tren pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut pasca gelombang kedua pandemi Covid-19.  

Surplus neraca perdagangan tersebut ditopang surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,30 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 0,93 miliar.

Beberapa negara tercatat menjadi penyumbang surplus neraca perdagangan bagi Indonesia. Ini di antaranya Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina dengan jumlah mencapai USD 2,68 miliar.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan, surplus September 2021 melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020, namun berada di bawah surplus bulan sebelumnya yang mencapai USD 4,75 miliar.

Secara kumulatif, surplus perdagangan periode Januari—September 2021 mencapai USD 25,07 miliar yang terdiri atas surplus neraca nonmigas USD 33,48 miliar dan defisit migas USD 8,40 miliar.

“Optimisme peningkatan ekspor ditunjukkan adanya peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur September 2021 yang berada pada posisi 52,2. Posisi ini kembali memasuki periode ekspansif setelah selama dua bulan sebelumnya mengalami kontraksi,” tutur Mendag.

Sementara Australia, Thailand, dan Ukraina menjadi negara mitra penyumbang defisit perdagangan terbesar dengan jumlah USD 0,91 miliar.

 

2 dari 2 halaman

Kinerja Ekspor

Kegiatan angkut kontainer ekspor dan impor oleh Samudera Indonesia (dok: SI)

Adapun kinerja ekspor pada September 2021 tercatat sebesar USD 20,60 miliar. Nilai ini turun dibanding Agustus yang tercatat sebesar USD 21,43 miliar atau turun 3,84 persen (MoM).

Penurunan September 2021 didorong melemahnya ekspor migas sebesar 12,56 persen dan nonmigas sebesar 3,38 persen. Namun, nilai tersebut naik 47,64 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY).

Pelemahan ekspor nonmigas September 2021, disebabkan kontraksi ekspor sektor migas yang turun 12,56 persen (MoM) dan sektor industri pengolahan yang turun sebesar 5,29 persen (MoM).

Sementara ekspor sektor pertanian naik sebesar 15,04 persen (MoM) diikuti sektor pertambangan sebesar 3,46 persen (MoM).

Beberapa produk ekspor nonmigas yang mengalami penurunan pada September 2021, yaitu lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) turun 30,45 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) 27,45 persen; bahan kimia anorganik (HS 28) 24,08 persen; serat stapel buatan (HS 55) 13,81 persen; dan logam mulia, perhiasan/permata 13,71 persen.

Pelemahan disebabkan penurunan permintaan dari beberapa negara mitra dagang Indonesia, yakni Belgia turun 37,41 persen, Mesir (30,09 persen), dan Pakistan (29,53 persen).

“Di tengah penurunan permintaan, ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara justru mengalami pertumbuhan signifikan pada September 2021. Di antaranya Afrika Selatan yang tumbuh 48,24 persen, Uni Emirat Arab (38,38 persen), Taiwan (35,59 persen), Hongkong (29,89 persen), dan Spanyol (27,69 persen).

Sementara berdasarkan kawasan, ekspor ke kawasan Amerika Tengah, Afrika Selatan, dan Eropa Utara menunjukkan peningkatan yang signifikan pada September 2021 bila dibandingkan bulan sebelumnya,” terang Mendag.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya