Relasi Bangun Bisnis dan Keterampilan dalam Berkonflik Menurut Psikiater

Untuk mencapai satu tujuan bisnis, psikiater menyebut keterampilan dalam berkonflik itu jadi salah satu hal yang penting.

oleh Putu Elmira diperbarui 20 Okt 2021, 18:02 WIB
Ilustrasi Bisnis/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Kecintaan akan sesuatu tidak hanya sekadar hobi, tetapi dapat diwujudkan dalam membangun bisnis. Dalam pelaksanaannya, bisnis tak jarang turut melibatkan sinergi antara beberapa orang atau disebut rekan bisnis.

Menciptakan bisnis yang berkembang tentu didukung oleh beragam hal, salah satunya adalah memilih rekan bisnis yang sejalan. Hal ini erat kaitannya pula guna mencapai bisnis yang lebih berkembang di kemudian hari.

"Dalam konteks membangun bisnis atau pun proses komunikasi secara umum, kepribadian yang sama tidak wajib untuk dimiliki. Justru yang penting sekali untuk ada adalah keterampilan dalam berkonflik," kata Psikiater dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ dalam ShopeePay Talk yang digelar daring, Selasa (19/10/2021).

Ia melanjutkan proses komunikasi, tempo kerja, kesabaran, keinginan individu, sampai sudut pandang dua orang bisa saja berbeda. Namun, rekan bisnis ini harus dalam mengelola keterampilan konflik, yakni kemampuan untuk menyadari keinginan, ego, dan batasan diri.

"Kemudian, berkolaborasi dan mencapai tujuan bersama-sama," lanjut dr. Jiemi.

Dikatakan dr. Jiemi, sesama rekan bisnis juga perlu memiliki tujuan bersama yang disepakati di awal. Langkah tersebut sebagai pijakan seandainya mulai berkonflik.

"Kalau tidak punya common ground, biasanya ketika berkonflik, kita mencari siapa yang salah," katanya.

"Biasanya ujungnya hanya dua, 'saya kesal karena dia yang salah' atau 'saya kesal karena disalahkan'," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Memiliki Tujuan

Ilustrasi Bisnis. Foto: Unsplash/ John Schnobrich

Namun jika ketika kesamaan itu telah dimiliki, bukan lagi perkara mencari siapa yang salah. "Tapi (mencari) kesalahan apa yang terjadi, bagaimana memperbaiki sama-sama," ungkap dr. Jiemi.

Ketika sudah berbekal kesamaan dan mencari solusi dari masalah yang terjadi, para rekan bisnis ini juga akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepribadian yang berbeda antara beberapa orang akan memiliki banyak nuansa dalam berbisnis.

"Lebih penting dari itu keterampilan dalam berkonflik dan kita punya common ground-nya," lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Cerita Pelaku Bisnis

Selain Resign Sebagai Pengacara, Upaya Lain Dilakukan Tissa Sebelum Akhirnya Mendirikan Pipiltin Cocoa di Jalan Barito, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Hermann Zakharia)

Cerita menarik hadir dari Co-Founder and Director of Anomali Coffee Irvan Helmi. Ia dan rekan bisnisnya Muhammad Abgari atau yang akrab disapa Agam, mendirikan Anomali Coffe pada 2007 lalu. Irvan mengungkapkan bahwa ketika kelas 1 SMA, ia dan Agam pernah mengalami konflik. Keduanya kembali dipertemukan satu kelas saat kelas 2 SMA hingga mereka menjadi teman dekat.

"Sudah rencana enggak tahu kenapa, dulu mau bisnis enaknya sama Agam karena orangnya bisnis realistis, sangat bisa melihat opportunity," kata Irvan.

Ia menyebut dirinya lebih ke arah ingin menjual sesuatu dari kesukaan pribadi. Kecintaannya pada kopi pun menjadi cikal bakal terlahirnya Anomali.

"Aku dulu programmer sukanya ngopi. Memang ada kesulitan konsentrasi, susah banget konsentrasi, sampai saat itu mau bikin program coding itu harus malam-malam," cerita Irvan.

Selain itu, ia dan kakaknya Tisha Aunilla juga merintis bisnis cokelat Indonesia, Pipiltin Cocoa. "Di 2009 bolak-balik ke kebun, kakak waktu itu lahiran anak pertama. Saat itu kepikiran mau bikin usaha, bolak-balik ke kebun kopi melewati kebun cokelat mulai ide bikin cokelat," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya