Parasetamol Cemari Teluk Jakarta, Pakar Soroti Pengolahan Limbah Farmasi

Pengolahan limbah farmasi terkait parasetamol yang mencemari Teluk Jakarta.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 05 Okt 2021, 19:30 WIB
Anak-anak bermain di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Kandungan paracetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Terkait pencemaran parasetamol dengan konsentrasi tinggi di Teluk Jakarta, Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Enri Damanhuri menyoroti pengolahan limbah farmasi.

Adanya temuan parasetamol ini mencuat sebagaimana studi berjudul Konsentrasi Tinggi Paracetamol di Wilayah Perairan Teluk Jakarta. Studi tersebut dilakukan tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton, Inggris.

"Parasetamol kan dipakai di mana-mana sebagai obat. Soal pencemaran parasetamol yang ketangkep (terdeteksi) bisa banyak (faktor) kemungkinan. Pertama, dari masyarakat atau penduduk. Mereka juga banyak menggunakan, sehingga keluar dari air limbah," jelas Enri kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa (5/10/2021).

"Kedua, sektor (perusahaan/industri) farmasi. Mereka juga mengeluarkan air limbah industrinya. Mungkin di situ termasuk parasetamol dan sebagainya."

Yang menjadi fokus permasalahan, lanjut Enri, adalah setiap air limbah harus diolah sesuai standar. Ini bertujuan agar kandungan logam berat tidak melebihi ambang batas ketika dibuang.

"Karena harus diolah ya mesti sesuai standar. Misalnya, Oh, supaya logam berat tidak lebih, maka digunakan pengolahan kategori tertentu," terangnya.

"Ini juga termasuk (pengolahan limbah) obat-obatan dan bahan kimia."

2 dari 3 halaman

Pengolahan Limbah Domestik

Petugas memasukkan limbah medis untuk proses pembakaran dalam incinerator di RSCM Jakarta, Jumat (26/6/2020). Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya Bakar menyebutkan volume limbah medis infeksius di seluruh Indonesia hingga 8 Juni 2020 mencapai lebih dari 1.100 ton. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Enri Damanhuri menambahkan, kemungkinan terdeteksinya parasetamol di Teluk Jakarta dari obat yang dibuang, lalu terbawa air hujan.

"Instalasi pengolahan limbah domestik mungkin di negara berkembang, obat dibuang, lalu tergilas air hujan, misalnya, bisa saja terjadi," tambahnya.

Di sisi lain, Enri membandingkan dengan pengolahan limbah di negara-negara industri. Di sana, pengolahan limbah dinilai sudah baik. Di negara-negara industri pun penelitian terkait pencemaran limbah, termasuk obat-obatan juga dilakukan.

"Kalau di negara industri, pengolahannya sudah bagus. Sementara itu, di kita mungkin saja di sektor industri sudah bagus, tapi di bagian domestik air limbah, pengolahannya bisa masuk septic tank dan sebagainya," tutup Enri.

"Di negara industri tahun 2015 sudah mulai concern (penelitian limbah), sehingga banyak melakukan analisa di laut dan sebagainya, termasuk limbah spesifik seperti obat-obatan."

3 dari 3 halaman

Infografis senjata pengolah limbah Pemprov DKI

Infografis senjata pengolah limbah Pemprov DKI (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya