Studi Inggris: Vaksin Dua Dosis Kurangi Risiko Penularan COVID-19 Varian Delta 50-60 Persen

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di Inggris menemukan bahwa suntikan vaksin COVID-19 dua dosis mengurangi risiko penularan varian Delta 50-60 persen.

oleh Natasha Khairunisa AmaniLiputan6.com diperbarui 05 Agu 2021, 08:00 WIB
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan risiko penularan dari COVID-19 varian Delta terhadap orang-orang yang sudah divaksinasi dosis lengkap berkurang 50 hingga 60 persen.

Studi itu, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (5/8/2021), dilakukan oleh sejumlah peneliti di Inggris. Penuruan risiko itu termasuk mereka yang tidak menunjukkan gejala.

Dimuat dalam artikel kantor berita Reuters, pada Rabu (4/8), para peneliti Imperial College London mengatakan bahwa orang yang dilaporkan menerima dua dosis vaksin memiliki kemungkinan 50 persen terjangkit COVID-19.

Namun, hal tersebut tergantung pada sejumlah faktor lain, seperti usia penerima vaksin dan apakah orang yang diuji memiliki gejala COVID-19 atau tidak.

Penelitian tersebut berfokus pada seseorang yang mengalami gejala COVID-19, dan ditemukan efektivitas meningkat menjadi sekitar 59 persen.

Penelitian dilakukan ketika kasus COVID-19 varian Delta mendominasi, setelah varian Alpha yang sebelumnya dominan.

Perkiraan tersebut, yang tidak merinci efektivitas setiap vaksin, lebih rendah daripada yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan Inggris (Public Health England/PHE) untuk vaksin Pfizer dan AstraZeneca.

Namun, para peneliti menyebut hal itu tidak mengejutkan atau mengkhawatirkan, mengingat perkiraan PHE didasarkan pada mereka yang memiliki gejala dan diuji, sementara studi Imperial dirancang untuk mengambil sampel pada lebih banyak orang.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Public Health England: COVID-19 Varian Delta Bawa Risiko Rawat Inap yang Lebih Tinggi

Seorang perawat menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech di Rumah Sakit Santa Maria di Lisbon, Portugal (27/12/2020). Peluncuran vaksin dilakukan ketika kasus strain baru COVID-19 yang lebih menular dikonfirmasi di beberapa negara Eropa serta Kanada dan Jepang. (Xinhua/Pedro Fiuza)

Ahli epidemiologi yang juga mengetuai penelitian Imperial, Paul Elliot, mengatakan kepada wartawan, "Kami sedang melihat efektivitas melawan infeksi di antara sampel acak dari populasi umum, yang mencakup individu tanpa gejala".

Studi oleh para ahli di Inggris menemukan hubungan antara infeksi dan rawat inap, yang sebelumnya sempat menurun tetapi lonjakan kembali terjadi.

Virus Corona varian Delta membawa risiko rawat inap yang lebih tinggi, meskipun vaksin menawarkan perlindungan yang baik terhadap paparan COVID-19 yang lebih parah, menurut PHE.

Para peneliti membeberkan, bahwa secara keseluruhan, prevalensi pada orang yang tidak divaksinasi adalah 1,21%, tiga kali lebih tinggi dari prevalensi 0,40% pada orang yang divaksinasi lengkap, dan bahwa laju penularan virus (viral load) di antara orang dengan COVID juga lebih rendah pada orang yang sudah divaksinasi. 

3 dari 3 halaman

Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin COVID-19 Dipastikan Aman

Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin COVID-19 Dipastikan Aman. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya