BEI Sebut Ada Tiga Startup IPO pada 2021, Ada GoTo?

Gojek dan Tokopedia telah resmi bergabung dan membentuk GoTo Grup. Setelah merger, GoTo dikabarkan akan melakukan penawaran saham perdana ke publik (IPO) di BEI.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jul 2021, 19:44 WIB
Peserta mengikuti cara berinvestasi Mandiri Skuritas di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Mandiri Sekuritas terus mendorong pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dua raksasa teknologi tanah air, Gojek dan Tokopedia dikabarkan akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021. Semula, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan ada tiga startup yang akan IPO di Bursa.

Salah satu Bukalapak yang saat ini memasuki masa penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). "Kalau dari sisi jumlah sebetulnya tiga. Tapi yang dua ini sudah bergabung jadi satu. Bukalapak sudah masuk satu, satu lagi nanti kemungkinan akan masuk proposal ke kita sudah bergabung menjadi satu yang lebih giant lagi,” ungkap Nyoman dalam Edukasi Wartawan terkait IPO Unicorn, Rabu (28/7/2021).

Gojek dan Tokopedia telah resmi bergabung dan membentuk GoTo Grup. Setelah merger, GoTo dikabarkan akan melakukan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) di BEI. CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, GoTo tenag mempersiapkan untuk IPO pada 2021.

"Kita terus bekerja keras. Harapannya tahun ini kita melantai. Ini tanggung jawabnya besar, jadi harus persiapkan dengan baik,” kata William sebelumnya dalam siniar yang ditayangkan di kanal youtube Deddy Corbuzier.

Saat ini, William mengatakan tidak ada satupun pemegang saham di Tokopedia yang menggenggam kepemilikan lebih dari 11 persen. Kondisi tersebut, dinilai William hampir seperti perusahaan terbuka, mendekati mimpi terbesarnya. Yakni membawa Tokopedia menjadi perusahaan terbuka. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

OJK Bersama BEI Sedang Siapkan Aturan

Peserta memantau monitor bursa saham pasar modal di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Hal ini sejalan dengan salah satu inisiatif pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni menambah jumlah investor pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  bekerja sama BEI dan pemangku kepentingan lainnya sedang menyiapkan aturan yang sesuai dengan karakteristik unicorn dan decacorn.

"Regulasi yang kami susun pada forward looking dari new economy yang akan kita fasilitasi dengan peraturan baru," tutur  ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, dalam diskusi virtual Investor Daily Summit, Kamis, 15 Juli 2021.

Hoesen menuturkan, karakteristik khususnya yang dilihat ciptakan produk barang dan jasa yang mengandung unsur kebaruan yang baik secara langsung dan tidak langsung menyediakan lapangan kerja yang besar. Kemudian memberikan manfaat sosial bagi masyarakat dan memiliki tingkat pertumbuhan signifikan dan tinggi.

"Karakteristik itu meliputi perusahaan fintech unicorn, termasuk health care, renewable energy, food estate, industri baru yang berkembang," ujar dia.

Selain itu, OJK menyatakan, ada sejumlah perusahaan teknologi berstatus unicorn dan decacorn berencana menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).

"Saat ini terdapat beberapa perusahaan rintisan di Indonesia berencana lakukan IPO, tiga perusahaan teknologi konglomerasi terbesar berstatus unicorn dan decacorn dengan valuasi USD 21 billion, ini berdasarkan data yang kami dapat," kata dia.

Hoesen menuturkan, perusahaan rintisan unicorn dan decacorn yang akan melepas saham ke publik akan berdampak ke pasar modal Indonesia. Masuknya unicorn dan decacorn akan meningkatkan kapitalisasi pasar dan menarik investor termasuk investor asing.

"Masuk perusahaan teknologi itu diprediksi gairahkan perdagangan di bursa saham dalam negeri," ia menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya