Wall Street Tergelincir, Investor Khawatir Lonjakan Inflasi

Wall street melemah dengan tiga indeks acuan kompak tergelincir seiring kekhawatiran inflasi pada Jumat, 16 Juli 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jul 2021, 06:30 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Wall street atau bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan saham Jumat, 16 Juli 2021. Indeks Dow Jones berada di zona merah pada pekan ini seiring kekhawatiran inflasi yang membayangi di tengah kuatnya penjualan ritel dan laporan laba lebih baik.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 299,17 poin atau 0,86 persen ke posisi 34.687,85. Indeks S&P 500 susut 0,75 persen ke posisi 4.327,16. Indeks Nasdaq merosot 0,8 persen menjadi 14.427,24.

Tiga indeks acuan utama di wall street melemah pada pekan ini. Indeks Dow Jones tergelincir 0,52 persen. Indeks saham S&P 500 melemah 0,97 persen dan indeks Nasdaq turun 1,87 persen.

Indeks sentimen konsumen AS dari Universitas Michigan berada di posisi 80,8 angka ini turun dari bulan lalu 85,5 dan lebih buruk dari perkiraan ekonom.

Dari laporan tersebut menunjukkan inflasi naik dengan konsumen percaya harga akan naik 4,8 persen pada 2022, yang tertinggi sejak Agustus 2008.

Indeks Dow Jones melemah setelah rilis laporan Universitas Michigan. Pelemahan meningkat seiring indeks acuan ditutup ke posisi terendah.

"Sentimen konsumen yang melemah pada nilai nominal sulit untuk disamakan dengan percepatan pertumbuhan lapangan kerja dan ketahanan pasar saham yang berkelanjutan,” ujar Ekonom Capital Economics, Andrew Hunter dilansir dari CNBC, Sabtu (17/7/2021).

Ia menuturkan, laporan itu menunjukkan kekhawatiran atas lonjakan inflasi yang sekarang melebihi tren positif itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Ketakutan Inflasi

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Pasar tertahan sepanjang minggu oleh ketakutan inflasi meski indeks S&P 500 dan Dow Jones sempat menyentuh posisi tertinggi baru sepanjang masa. Pada Selasa, indeks harga konsumen menunjukkan kenaikan 5,4 persen pada Juni dari tahun lalu, laju tercepat dalam hampir 13 tahun.

Pada awal perdagangan, indeks Dow Jones naik lebih dari 100 poin ke atas 35.000. Data yang dirilis sebelum bel menunjukkan penjualan ritel dan layanan makanan naik 0,6 persen pada Juni. Sementara ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan penurunan 0,4 persen. Jika level itu bertahan akan menjadi penutupan pertama Dow Jones di atas 35.000.

Terlepas dari kerugian pada pekan ini, indeks Dow Jones masih naik 13 persen pada 2021. Indeks S&P 500 menguat 15 persen dan 1,51 persen di bawah level rekornya.

“Pasar secara luas terlihat cukup dihargai dengan sebagian besar saham memberikan tingkat pengembalian baik plus dan minus beberapa persen,” ujar Chairman dan Chief Investment Officer of Miller Value Partners, Bill Miller.

Ia mengatakan, pihaknya menemukan banyak nama untuk mengisi portofolio dan tetap investasi penuh.

3 dari 3 halaman

Koreksi Sektor Saham Energi

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Saham energi melemah ke wilayah koreksi pada Jumat pekan ini seiring harga minyak yang melemah dari level tertingginya. The Energy Select Sector SDPR Fund turun lebih dari dua persen pada Jumat pekan ini.

Namun, sektor energi ini naik sekitar 28 persen pada 2021, menjadikannya berkinerja terbarik dari 11 grup industri utama. Kinerja yang lebih lemah dari saham teknologi juga membebani pasar pada Jumat pekan ini.

Saham Apple turun 1,4 persen setelah mencatat rekor dua hari sebelumnya. Saham Netflix merosot jelang laporan keuangan kuartal II 2021 pada pekan depan.

Investor mencerna hasil pendapatan yang kuat pada laporan keuangan kuartal II dari pekan pertama. Meskipun beberapa perusahaan terbesar di Amerika Serikat membukukan pendapatan yang sehat di tengah pemulihan ekonomi, reaksi di pasar saham sejauh ini tidak terdengar.

The Financial Select Sector SDPR Fund turun 1,5 persen meskipun angka pertumbuhan laba besar dirilis oleh JPMorgan Chase dan Bank of America.

"Penghasilan yang baik mungkin menjadi alasan bagi sebagian investor untuk mengambil untung. Dan dengan harapan pendapatan yang begitu tinggi secara umum, dibutuhkan pukulan yang sangat besar bagi perusahaan untuk mengesankan,” ujar TD Ameritrade Chief Market Strategist JJ Kinahan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya