SKK Migas Minta Produsen Minyak dan Gas Kurangi Emisi Karbon

Satuan Kerja Khsusus Pelaksana Kegitan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong industri pencarian migas mengurangi emisi karbon (CO2)

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Jun 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khsusus Pelaksana Kegitan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong industri pencarian migas mengurangi emisi karbon (CO2). Ini untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Kepala Divisi Manajemen Proyek dan Pemeliharaan Fasilitas SKK Migas, Luky Yusgiantoro mengatakan, industri hulu migas menghasilkan emisi karbon dalam kegiatan pencarian migas, sebagian besar berasal dari penggunaan peralatan operasional yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan suar gas (flare).

"Sebagai contoh dikegiatan produksi dimana turbin generator itu berpotensi menyebabkan emisi karbon. Kemudian dalam sektor transportasi menggunakan truk, kapal, helikopter, tentunya itu akan mengeluarkan emisi. Kemudian CO2 yang dikelaurKan KKKS. kita identfiiaksi flalre selama driling itu tentunya akna menyebabkan emisi CO2," kata Luky, di Jakarta, Kamis (17/6/2021).

Menurut Luky, emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan pencarian migas merupakan suatu tantangan yang harus diatasi, dengan menjaga kelestarian lingkungan, menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan dan mencari alternatif agar dapat mengurangi emisi karbon.

"Seperti meminimalisir gas flare dan kemudian juga mengefisenkan proses dalam kegiatan hulu migas, mengefisenkan energi, kemudian memanfaatkan panas yang tadinya terbuang," ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Gunakan Teknologi

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Direktur Pengembangan dan Produksi PHE Taufik Adityawarman mengatakan, salah satu mengurangi emisi karbon dengan memanfaatkannya dalam kegiatan peningkatan produksi minyak dengan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR).

Karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari kegiatan produksi gas bisa manfaatkan untuk penerapan teknologi EOR, dengan menyuntikan cadangan minyak yang ada di perut bumi agar bisa diproduksi.

"Menginjeksikan CO2 ke dalam resevoar, diperlukan tekanan paling tidak sama tekanan resevroar di bawah perut bumi tentunya itu memerlukan teknologi," tuturnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya