Cerita Preman di Ngawi Bertobat Pilih Bela Ulama dan Bangsa

Seorang preman di Ngawi bernama Didik Susanto (39) memutuskan bertobat.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi preman di Ngawi Ilustrasi: Dwiangga Perwira/Kriminologi.id

Liputan6.com, Surabaya- Seorang preman di Ngawi bernama Didik Susanto (39) memutuskan bertobat. Pertobatan itu diungkapkannya saat mengikuti Diklatsar Banser PAC GP Ansor Widodaren Ngawi.

Warga Desa Kauman, Widodaren itu dikenal sebagai preman di wilayah Gendingan. Ia mengaku kerap menantang norma sosial dan agama.

“Kecuali mencuri, saya tidak melakukan itu,” ujar Kemo, sapaan akrabnya, seperti yang dikutip dari Timesindonesia.co.id, Minggu (13/6/2021).

Ia mengakui hidupnya dulu kelam. Judi, mabuk, berkelahi sudah menjadi dari kesehariannya.

Kemo ingin kembali ke jalan yang lurus setelah merasa galau terhadap hidupnya yang tidak jelas. Niatnya bertobat juga tidak mudah, banyak tantangan dan persoalan menghadang.

Sampai suatu ketika, ia bertemu dengan Gus Danang, pengasuh Ponpes Ngawitan Sunan Kalijogo, Walikukun. Kejadian itu sekitar empat tahun lalu.

Gus Danang yang kini menjadi guru spiritual bagi Kemo, membenarkan apa yang dikatakan Kemo. Gus Danang mendekati preman Ngawi itu dengan berbagai cara, mulai di warung kopi sampai tempat sabung ayam.

Ketua PAC GP Ansor Widodaren Ngawi mengaku bersyukur atas ikutnya Kemo pada Diklatsar Banser tersebut. Dia juga berharap Kemo bisa menjadi anggota Banser yang siap untuk membela ulama dan bangsa.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya