Rupiah Menguat Seiring Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Rupiah dibuka di angka 14.301 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 28 Mei 2021, 10:21 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Rupiah berpotensi terus menguat dibayangi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, Jumat (28/5/2021), rupiah dibuka di angka 14.301 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.315 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah berada di level 14.308 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.297 per dolar AS hingga 14.315 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun rupiah melemah 1,84 persen.

"Momentum penguatan rupiah mungkin bisa berlanjut hari ini dengan sentimen positif pasar terhadap aset berisiko pagi ini mengikuti membaiknya data tenaga kerja AS yang dirilis semalam," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Jumat (28/5/2021).

Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS dirilis 406.000 klaim, lebih rendah dari ekspektasi 427.000 klaim yang artinya jumlah pengangguran berkurang. Angka tersebut adalah yang terendah sepanjang pandemi.

Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pasar akan mewaspadai menaiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang bergerak kembali ke atas 1,6 persen.

"Kenaikan yield ini selaras dengan ekspektasi pemulihan ekonomi di AS. Penguatan yield bisa memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi lanjut menguat ke kisaran Rp14.230 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp14.300 per dolar AS.

Pada Kamis (27/5) lalu, rupiah ditutup menguat 40 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.288 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.328 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BI: Nilai Tukar Rupiah Masih Terkendali

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terkendali didukung langkah stabilisasi yang dilakukan oleh BI. Nilai tukar rupiah pada 24 Mei 2021 menguat 0,63 persen secara point to point, dan 1,42 persen secara rerata dibandingkan dengan level April 2021.

"Perkembangan tersebut melanjutkan penguatan nilai tukar rupiah pada bulan sebelumnya sebesar 0,55 persen secara point to point," ungkap Perry dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2021 pada pada Selasa 25 Mei 2021.

Penguatan nilai tukar rupiah, kata Perry, didorong oleh masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik. Meskipun pada perkembangan terakhir mengalami tekanan akibat fluktuasi imbal hasil US Treasury Bond (UST).

Karena perkembangan tersebut, rupiah sampai dengan 24 Mei 2021 mencatat depresiasi sekitar 2,12 persen (ytd).

"Dibandingkan dengan level akhir 2020, relatif lebih rendah dari sejumlah negara berkembang lain, seperti Turki, Brazil, dan Thailand," sambung Perry.

Selanjutnya, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Hal ini melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya