Assad akan Berjuang Hingga Darah Penghabisan

Presiden Suriah Bashr al-Assad menyatakan akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Ia bahkan rela jika dirinya harus mati di tanah airnnya demi mempertahankan apa yang dianggap sebagai haknya.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Nov 2012, 22:04 WIB
Liputan6.com, Damaskus: Presiden Suriah Bashr al-Assad menyatakan akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Ia tidak akan menyerah dalam menghadapi oposisi dan negara-negara Barat yang menginginkan dirinya lengser dari tampuk kekuasaan di negaranya.

Saat diwawancarai Russia Today, Kamis (8/11), Assad menyatakan  rela jika dirinya harus mati di tanah airnnya demi mempertahankan apa yang dianggap sebagai haknya. Negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan koalisinya, tidak berhak untuk ikut campur dalam masalah di negaranya. Ia tidak rela jika dirinya menjadi boneka negara-negara Barat. 

Menurut Assad, intervensi asing di Suriah akan membuat negaranya dibuat seperti Libia. Negara barat akan membuat kawasan Timur Tengah sebagai basis penyebaran hegemoni atau pengaruh kekuasaan.

"Kami adalah benteng terakhir dari sekularisme dan stabilitas di kawasan ini. Jika Suriah jatuh ke tangan barat maka akan terjadi efek domino yang akan mempengaruhi dunia dari Atlantik ke Pasifik. Saya bukan boneka. Saya tidak dibuat oleh Barat. Saya warga Suriah, saya dibuat di Suriah, saya harus tinggal di dan mati di Suriah," kata Assad dalam wawancara.

Kekhawatiran Assad muncul setelah melihat kondisi Libia saat ini. Sepeninggal pasukan NATO yang melakuan operasi di Libia, keadaan negara yang pernah dikuasai oleh Muammar Khaddafi justru semakin tidak jelas.

Satu tahun sejak tewasnya mantan pemimpin Libia Muammar Khaddafi, Libia justru berada diambang konflik baru. Kondisi ini dikabarkan akibat intervensi asing ketika menghadapi masalah pemberontakan di Libia. Akibatnya, pemerintah baru Libia saat ini lemah dalam menghadapi kekerasan kelompok bersenjata di beberapa wilayah Libia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya