Kian Parah, 38 Demonstran Anti-Kudeta Militer Myanmar Tewas dalam Sehari

38 demonstran yang menentang kudeta militer di Myanmar tewas dalam sehari.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Mar 2021, 13:59 WIB
Pengunjuk rasa mendirikan barikade untuk memblokir polisi saat menentang kudeta militer di Yangon (28/2/2021). Polisi melepaskan tembakan di berbagai bagian kota terbesar Yangon setelah granat kejut, gas air mata, dan tembakan ke udara gagal memecah kerumunan. (AFP/ Ye Aung Thu)

Liputan6.com, Yangon - Aktivis mengatakan, 38 pengunjuk rasa telah tewas dalam salah satu hari (14/3) paling berdarah di Myanmar sejak militer menggulingkan pemerintah.

Melansir BBC, Senin (15/3/2021), pasukan keamanan melepaskan tembakan di daerah kota terbesar Myanmar, Yangon, dengan pengunjuk rasa menggunakan tongkat dan pisau.

Militer mengumumkan darurat militer di daerah tersebut setelah bisnis China diserang. 

Para pengunjuk rasa percaya China memberikan dukungan kepada militer Burma.

Myanmar dicengkeram oleh protes sejak kudeta militer pada 1 Februari.

Penguasa militer telah menahan Aung San Suu Kyi, pemimpin sipil negara itu dan ketua partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

NLD menang telak dalam pemilihan tahun lalu, tetapi militer menuduh telah terjadi kecurangan yang meluas. Beberapa anggota parlemen yang digulingkan menolak menerima kudeta bulan lalu dan bersembunyi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Demonstrasi Meluas

Pengunjuk rasa antikudeta memberikan penghormatan tiga jari selama demonstrasi dekat Stasiun Kereta Api Mandalay di Mandalay, Myanmar, Senin (22/2/2021. Sejak kudeta pada 1 Februari 2021, masyarakat Myanmar masih terus menggelar protes. (AP Photo)

Dalam pidato publik pertamanya, pemimpin mereka Mahn Win Khaing Than mendesak pengunjuk rasa untuk membela diri dari penumpasan militer selama apa yang dia sebut sebagai "revolusi".

"Ini saat tergelap bangsa dan saat fajar sudah dekat," katanya, menambahkan: "Pemberontakan harus menang."

Sedikitnya 21 orang dilaporkan tewas di Yangon pada hari Minggu. 

Kematian dan cedera lebih lanjut dilaporkan di tempat lain di negara itu. 

Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) mengatakan korban tewas hari itu (14/3) setidaknya 38 orang.

Pekerja medis mengatakan, jumlah orang yang tewas di daerah Yangon di Hlaing Tharyar kemungkinan akan meningkat, dengan puluhan orang menderita luka tembak.

Junta telah mengumumkan darurat militer di Hlaing Tharyar dan wilayah tetangga, Shwepyitha setelah China mengatakan pabrik-pabrik China di daerah itu telah menjadi sasaran dan menuntut perlindungan. 

Beijing mengatakan orang-orang bersenjatakan batang besi, kapak dan bensin telah membakar dan merusak 10 fasilitas China - kebanyakan produksi pakaian atau pabrik penyimpanan - di Yangon. Sebuah hotel China juga diserang.

3 dari 3 halaman

Pabrik Milik China Terdampak

Seorang perempuan menggantung pakaian tradisional Myanmar bernama longyi di seberang jalan selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Senin (8/3/2021). Para pengunjuk rasa membentangkan jemuran kain yang biasa dipakai perempuan untuk memperlambat gerak polisi dan tentara. (STR/AFP)

Di halaman Facebooknya, kedutaan besar China mengatakan beberapa "pabrik dijarah dan dihancurkan dan banyak staf China terluka dan terjebak".

Kedutaan mendesak Myanmar untuk "mengambil tindakan efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum para pelakunya sesuai dengan hukum dan menjamin keselamatan jiwa dan harta benda perusahaan dan personel China di Myanmar".

Myawaddy, media milik militer melaporkan bahwa petugas pemadam kebakaran telah dihalangi dalam menanggapi kobaran api oleh orang-orang yang memblokir rute mereka.

Suara tembakan terdengar sepanjang hari dan truk militer terlihat di jalan-jalan.

Demonstran membarikade diri dengan karung pasir, ban mobil, dan kawat berduri ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan. 

Dengan menggunakan perisai darurat, beberapa terlihat beringsut ke depan untuk mengambil yang terluka. Seorang petugas memposting di media sosial bahwa polisi berencana menggunakan persenjataan berat.

"Saya tidak akan mengasihani Hlaing Tharyar dan mereka akan melawan dengan serius juga karena ada semua jenis karakter di sana," kata petugas itu dalam postingan TikTok yang kemudian dihapus.

"Tiga orang meninggal di depan saya ketika saya sedang memberikan perawatan. Saya mengirim dua lainnya ke rumah sakit. Hanya itu yang bisa saya katakan saat ini," kata seorang petugas medis kepada AFP.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya