Myanmar Terkini: 2 Pendemo Anti-Kudeta Militer Tewas, Ini Respons Indonesia

Indonesia menyerukan keprihatinannya terkait kondisi dan situasi terkini di Myanmar, sebagai dampak dari kudeta militer 1 Februari 2021.

oleh Benedikta Miranti T.VHariz Barak diperbarui 28 Feb 2021, 18:49 WIB
Pengunjuk rasa antikudeta mengangkat tangan terkepal selama demonstrasi dekat Stasiun Kereta Api Mandalay di Mandalay, Myanmar, Senin (22/2/2021). Junta militer Myanmar memberi peringatan kepada demonstran bahwa mereka terancam kehilangan nyawa jika terus beraksi. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi terkini usai terjadinya kudeta militer di Myanmar membangkitkan keprihatinan negara-negara di dunia termasuk Indonesia.

Melansir Nikkei Asia, Minggu 28 Februari 2021, demonstrasi di Dawei menewaskan satu pengunjuk rasa. Korban tewas diduga terkena peluru tajam polisi yang berusaha membubarkan unjuk rasa.

Satu pengunjuk rasa lain di Yangon tewas setelah mendapat perawatan di rumah sakit usai terkena tembakan peluru tajam aparat di dada.

Korban luka dilaporkan di sejumlah wilayah demonstrasi di Myanmar, Nikkei melaporkan.

Menyikapi situasi tersebut, Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui laman twitter resmi @Kemlu_RI menyerukan keprihatinannya.

"Indonesia sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah menyebabkan korban jiwa dan luka-luka," bunyi pernyataan resmi tersebut.

Lebih lanjut, Indonesia mengucapkan duka cita dan bela sungkawa yang mendalam kepada korban dan keluarganya.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengimbau pihak tertentu di Myanmar untuk tidak menggunakan kekerasan.

"Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh serta mencegah situasi tidak semakin memburuk," tutup pernyataan resmi tersebut.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Kudeta Militer Myanmar

Polisi menangkap jurnalis Myanmar Now Kay Zon Nwe saat unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Sabtu (27/2/2021). Negara itu diguncang gelombang protes pro-demokrasi sejak kudeta militer Myanmar menggulingkan kekuasaan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. (Ye Aung THU/AFP)

Myanmar telah mengalami krisis politik menyusul kudeta militer 1 Februari 2021, ditandai dengan ditangkapnya presiden dan pemimpin Aung San Suu Kyi.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar kepemimpinan partainya pada 1 Februari, lantaran menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partainya secara telak.

Kudeta, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah menarik ratusan ribu orang turun ke jalan dan kecaman dari negara-negara Barat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya