Penawaran Saham Perusahaan Teknologi Bakal Jadi Tren di RI?

CEO PT Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menuturkan, tren saham emiten teknologi juga akan terjadi di Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Feb 2021, 06:56 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - CEO PT Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai Indonesia juga akan masuk tren saham emiten teknologi pada 2021. Hal ini seiring pandemi COVID-19 membuat masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah dan membutuhkan teknologi, sehingga mendukung performa perusahaan teknologi.

"Saham teknologi di Amerika Serikat cukup kuat dibandingkan negara berkembang termasuk Indonesia. Indeks saham Nasdaq yang isinya emiten merupakan perusahaan teknologi, bahwa PE atau price earning ratio (PE) yang dicanangkan 100 ke atas. Di sini terkait emiten teknologi di kala pandemi malah performa cukup baik karena orang tidak bisa ke luar rumah sehingga memakai Amazon, zoom di rumah masing-masing, sehingga mendongkrak emiten,” kata Bernadus, dalam acara Capital Market Outlook, ditulis Selasa (23/2/2021).

Ia prediksi, tren saham emiten teknologi juga akan terjadi di Indonesia. Apalagi kalau Tokopedia dan Gojek melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2021.

"Indonesia 2021 akan diperkirakan masuk ke emiten digital. Gojek dan Tokopedia akan ipo, jika ini bisa terjadi rasio digunakan tak seperti biasa seperti PE, price book value (PBV), tetapi bisa perhatikan price scale, earning growth, dan market share. Perkembangan market share ini pertimbangan investor untuk pilih saham teknologi ke depannya,” ujar dia.

Berdasarkan data BEI per 22 Februari 2021, sektor saham teknologi  yang berisi 18 emiten ini merosot 1,2 persen ke posisi 3.347,99. Akan tetapi, secara year to date, sektor saham teknologi IDX Sector Technology sudah naik 200,60 persen.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

2021, Tahun Kebangkitan Pasar Modal RI

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia menuturkan, pada 2021 juga merupakan kebangkitan pasar modal Indonesia. Hal ini menginga tren suku bunga rendah akan mendorong investor mengalihkan aset fixed incomen seperti obligasi dan perbankan ke sektor pasar modal. 

“Tren suku bunga rendah, cenderung konsumsi dan memindahkan aset obligasi dan deposito ke sektor pasar modal. Tentu tren ini tidak hanya pada 2020. Melihat Korea Selatan investor ritel mencapai 5,5 juta orang sudah 30 persen merupakan angka menarik untuk diperhatikan,” kata dia.

Selain itu, selama pandemi COVID-19 juga mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia sehingga beralih investasi ke saham. Hal ini juga ditunjukkan dari rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 20 triliun pada Januari 2021.

“Kala pandemi COVID-19 kebiasaan masyarakat mulai berubah, mengubah kebiasaan jadi banyak di rumah, isi kegiatan di rumah melakukan investing di saham, trading saham. Trading value meningkat rata-rata Rp 20 triliun per hari. 2021, merupakan tahun kebangkitan pasar modal Indonesia, jumlah investor di bawah 1 persen di pasar saham,” ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya