Wall Street Makin Perkasa, Indeks Saham Nasdaq Cetak Rekor

Pada penutupan perdagangan di wall street, indeks saham Dow Jones menguat 92,38 poin atau 0,3 persen ke posisi 31.148,24 yang dipimpin saham Nike dan Cisco.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2021, 06:08 WIB
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan saham Jumat, 5 Februari 2020 sehingga menutup perdagangan sepekan dengan kuat. Investor di wall street berharap data tenaga kerja pada Januari yang mengecewakan dapat meningkatkan stimulus.

Pada penutupan perdagangan di wall street,  indeks saham Dow Jones menguat 92,38 poin atau 0,3 persen ke posisi 31.148,24 yang dipimpin saham Nike dan Cisco.

Indeks saham S&P 500 menanjak 0,4 persen ke posisi 3.886,83. 10 dari 11 sektor saham mencatat keuntungan. Indeks saham Nasdaq bertambah 0,6 persen ke posisi 13.856,30 sehingga mencatat level tertinggi baru.

Tiga indeks saham acuan utama mencatat performa terbaik sejak November. Indeks saham Dow Jones naik 3,9 persen pada pekan ini. Sementara itu, indeks saham S&P 500 dan Nasdaq menguat 4,7 persen dan 6 persen. Indeks saham kapitalisasi kecil Russell 2000 reli 7,7 persen, dan catat performa mingguan terbaik sejak Juni.

Departemen tenaga kerja AS menyatakan ada tambahan 49 ribu tenaga kerja pada Januari 2021. Angka ini di bawah konsensus ekonom 50 ribu. Tingkat pengangguran turun menjadi 6,3 persen, lebih baik dari proyeksi 6,7 persen.

“Jumlah pekerjaan sangat mengecewakan karena jauh lebih sedikit pekerjaan yang diharapkan,” ujar Kepala Investasi di Advisor Alliance, Chris Zaccarelli, seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (6/2/2021).

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Mengantisipasi Pemulihan Ekonomi

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menambahkan, pasar saham akhirnya mengantisipasi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan bergerak lebih tinggi. Hal ini seiring stimulus menjadi cerita lebih besar.

Pada Jumat pagi waktu setempat, senat mengesahkan resolusi anggaran ketika Partai Demokrat bergerak maju dengan proses untuk mengesahkan tagihan paket bantuan USD 1,9 triliun dengan tanpa suara dari Partai Republik. Paket tersebut termasuk stimus USD 1.400, tambahan tunjangan pengangguran, dana vaksi COVID-19 dan dana pengujian.

Presiden AS Joe Biden memperingatkan upaya Partai Republik untuk meloloskan RUU yang lebih kecil hanya akan memperpanjang jalan ekonomi menuju pemulihan.

3 dari 3 halaman

Mengukur Indeks Kekhawatiran

Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks volatilitas CBOE yang dikenal sebagai VIX yang telah turun lebih dari 12 poin pada pekan ini menjadi sekitar 21 dengan hiruk pikuk perdagangan saham GameStop yang mereda. Beberapa orang di wall street percaya jika pengukur ketakutan menembus di bawah 20, itu bisa mengirim sinyal risiko yang besar karena level itu akan memicu pembelian dari trader dan pemain besar lainnya.

Wall street juga berada di tengah musim pendapatan yang solid. Dari 184 perusahaan yang masuk indeks saham S&P 500 yang telah melaporkan pendapatan hingga saat ini 84,2 persen melampaui harapan analis.

“Tiga pilar reli sebenarnya semakin kuat, pendapatan kuartal IV terus secara dramatis melebihi harapan, lebih banyak stimulus dituangkan ke dalam perekonomian, dan kecepatan vaksinasi semakin cepat,” ujar Pendiri Vital Knowledge, Adam Crisafulli.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya