Jakarta Lockdown di Akhir Pekan, Ekonomi Kuartal I 2021 Bakal Minus 2 Persen

Penyebab kontraksi ekonomi pada 2020 adalah pandemi yang membatasi aktivitas sosial ekonomi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 05 Feb 2021, 15:50 WIB
Pesepeda melintasi Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (18/1/2021). Selain pengetatan PSBB, peningkatan volume lalu lintas pesepeda di Ibu Kota terjadi seiring Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07 persen di sepanjang 2020. Pertumbuhan negatif tersebut diprediksi dapat berlanjut pada awal 2021 ini, saat pemerintah kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga rencana lockdown.

Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, menganggap bahwa kondisi perekonomian buruk belum akan berubah selama pandemi Covid-19 masih berlangsung.

Terlebih peningkatan kasus positif virus Corona masih meningkat di triwulan I 2021, sehingga mendorong pemerintah memperketat PSBB. Termasuk mengkaji opsi lockdown Jakarta di akhir pekan yang diusulkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Bahkan ada rencana untuk lockdown weekend di DKI. Artinya aktivitas masyarakat masih akan terbatasi. Konsumsi dan investasi masih akan sangat rendah," kata Piter kepada Liputan6.com, Jumat (5/2/2021).

"Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2021 masih akan negatif. Perkiraan saya di kisaran minus 1 sampai dengan minus 2 persen," ujar dia.

Belajar dari kondisi sebelumnya, Piter mengutarakan, penyebab kontraksi ekonomi pada 2020 adalah pandemi yang membatasi aktivitas sosial ekonomi.

Menurut dia, lapangan usaha utamanya yang menyangkut aliran manusia dan aliran barang, seperti transportasi pergudangan, maskapai penerbangan dan hotel akan terdampak paling besar.

"Logikanya sederhana. Ketika pandemi orang akan mengurangi bepergian maka jasa transportasi akan terdampak negatif. Orang mengurangi belanja, maka aliran barang akan terkurangi, toko-toko akan tutup, gudang-gudang akan tutup," tuturnya.

Load More
2 dari 2 halaman

Pemerintah Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2021 di Angka 2,1 Persen

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Indonesia diperkirakan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 hingga 5,5 persen di 2021. Khusus untuk kuartal I 2021, diprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 1,6 hingga 2,1 persen.

"Kita tentunya harap masih ada pertumbuhan positif di kuartal I rangenya 1,6 hingga 2,1 persen. Nah, ini memang PR kita untuk mendorong sektor konsumsi rumah tangga bisa tumbuh," ujar Airlangga dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi 2020, Jumat (5/2/2021).

 

Airlangga bilang, konsumsi rumah tangga dibidik tumbuh 1,3 hingga 1,8 persen di kuartal I ini. Selain itu, konsumsi pemerintah juga ditargetkan naik karena berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Di kuartal awal biasanya konsumsi pemerintah rendah, yaitu 3 hingga 4 persen. Nah, ini kita dorong kalau bisa naik 4 hingga 5 persen," katanya.

Untuk tahun 2020, meskipun ekonomi Indonesia terkontraksi -2,07 persen, perolehan ini menjadi sinyal positif untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2021.

"Sinyal positif pemulihan ekonomi sudah terlihat di triwulan IV, di mana tentu angka quarter-to-quarter sudah ada sedikit peningkatan kembali dari -5,32 persen ke -3,49 persen dan sekarang di -2,19 persen. Tentu ini akan terus diperhatikan dan perbaikan ini tidak lepas dari intervensi yang dilakukan pemerintah," kata Airlangga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya