Pita Merah dan Kode Tiga Jari, Aksi Para Nakes Myanmar Perjuangkan Masa Depan

Kudeta Militer di Myanmar turut mendapat respons para tenaga kesehatan di Negeri Seribu Pagoda itu.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 05 Feb 2021, 10:44 WIB
Seorang tenaga medis mengenakan pita merah di seragamnya di Rumah Sakit Umum Yangon di Yangon (3/2/2021). Mereka juga menuduh para jenderal menempatkan prioritas mereka sendiri di atas warga biasa selama pandemi. (STR / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kudeta Militer di Myanmar turut mendapat respons para tenaga kesehatan di Negeri Seribu Pagoda itu. Para nakes yang berasal lebih dari 70 unit medis dan rumah sakit-rumah sakit di seluruh penjuru negara tersebut melakukan aksi mogok massal, Rabu, 3 Februari 2021.

Para nakes menyematkan pita merah, menunjukkan pose tiga jari, dan mengatakan menolak bekerja untuk rezim militer.

Tenaga medis mengenakan pita merah di seragamnya memberi hormat tiga jari di Rumah Sakit Umum Yangon di Yangon (3/2/2021). Mereka tidak akan menghentikan gerakan ini sampai pemerintahan terpilih dipulihkan. (STR / AFP)

Kondisi itu tentu saja menimbulkan kekhawatiran akan penanganan pandemi dan program vaksinasi di Myanmar. Padahal, Myanmar baru saja memulai vaksinasi pada 27 Januari 2021, hanya beberapa hari sebelum kudeta militer.

"Saya sangat lega ketika akhirnya akan mendapat vaksin beberapa hari lalu. Tapi masa depan kami tergantung pada bagaimana negara ini dikelola. Kami tak ingin kembali ke kegelapan setelah berada di tempat terang selama beberapa waktu," ujar seorang dokter 29 tahun asal Yangon yang turut bergabung dalam aksi mogok. 

Dokter itu mengatakan, para pekerja medis hanya tak ingin bekerja untuk rezim yang didalangi oleh militer.

Seorang tenaga medis mengenakan pita merah di seragamnya memberi hormat tiga jari di Rumah Sakit Umum Yangon di Yangon pada 3 Februari 2021 ketika seruan untuk pembangkangan sipil semakin meningkat menyusul kudeta militer yang menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. (STR / AFP)

Sementara dokter lainnya yang juga enggan menyebut identitas mengatakan, kudeta itu akan menghancurkan semangat para profesional kesehatan. Menurutnya, kudeta dipastikan akan menurunkan semangat ratusan dari ribuan pekerja medis yang berada di garda terdepan perang melawan COVID-19.

"Para relawan yang terinspirasi oleh Aung San Suu Kyi, mempertaruhkan nyawa mereka untuk ikut serta mengatasi COVID-19. Akankah banyak orang secara senang hati menggabungkan diri sebagai relawan dengan Min Aung Hlain yang bekuasa? Menurutku tidak," ucapnya, dilansir laman Aljazeera.

Tenaga medis mengenakan pita merah di seragamnya memberi hormat tiga jari di Rumah Sakit Umum Yangon di Yangon pada 3 Februari 2021 ketika seruan untuk pembangkangan sipil semakin meningkat menyusul kudeta militer yang menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. (STR / AFP)

"Tujuan kami dengan kampanye ini adalah untuk menghentikan mekanisme pemerintahan ini," ujar dokter pertama.

"Meski kami, para dokter medis, yang menginisiasi gerakan, kami ingin departemen lain di pemerintahan ikut berpartisipasi juga. Jika ada lebih banyak departemen yang terlibat dalam kampanye unjuk rasa sipil, kami yakin bahwa mesin pemerintah akan berhenti berjalan."

Seorang tenaga medis mengenakan pita merah di seragamnya memberi hormat tiga jari di Rumah Sakit Umum Yangon di Yangon pada 3 Februari 2021 ketika seruan untuk pembangkangan sipil semakin meningkat menyusul kudeta militer yang menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. (STR / AFP)

Sejauh ini, dilaporkan ada 140.644 kasus COVID-19 dan 3.146 kematian di Myanmar karena virus Corona. Kapasitas testing di negara itu secara relatif rendah. Namun, tampaknya pandemi sudah mulai terkendali dalam beberapa pekan terakhir.

Tenaga medis mengenakan pita merah di seragamnya memberi hormat tiga jari di Rumah Sakit Umum Yangon di Yangon (3/2/2021). Petugas kesehatan di 70 rumah sakit dan departemen medis di Naypyidaw, Yangon dan kota-kota lain mengatakan, mereka tidak akan bekerja di bawah rezim militer. (STR / AFP)
Orang-orang memberi hormat tiga jari setelah seruan untuk protes keluar di media sosial di Yangon, Myanmar, 3 Februari 2021. Kudeta militer Myanmar terus memicu protes warga dengan membunyikan klakson mobil, menyalakan lampu ponsel, dan memukul-mukul panci. (STR/AFP)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya