IHSG Masih Lesu Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya

Pengamat Pasar Modal dan Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menilai terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan IHSG selama hampir sepekan.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 29 Jan 2021, 12:50 WIB
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Meski sempat berada di zona hijau pada perdagangan saham Jumat, (29/1/2021), laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali turun.

Selama enam hari belakangan, IHSG terus berada di zona merah. Hal ini menjadi periode dengan penurunan terpanjang di periode tahun berjalan.  

Pada penutupan perdagangan Jumat, 29 Januari 2021, IHSG melemah 1,6 persen atau 95,75 poin ke posisi 5.883,63. Indeks saham LQ45 turun 2,12 persen.

Melihat hal ini, Pengamat Pasar Modal dan Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menilai terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan IHSG selama hampir sepekan.

"Ada 10 faktor yang mempengaruhi pelemahan di pasar modal, pertama, kemungkinan tertundanya paket stimulus fiskal Biden empat sampai enam pekan akibat perbedaan partai demokrat dan republik di senat AS," kata Hans kepada Liputan6.com, Jumat (29/1/2021).

Selain itu, pemulihan ekonomi sangat tergantung vaksin, sedangkan distribusi terkait hal ini, prosesnya lambat dan kasus Covid-19 masih terus naik, baik di Amerika Serikat, Eropa maupun Indonesia.

"Indonesia tembus 1 juta membuat pelaku pasar hati-hati. Lalu yang keempat, polemik perusahaan vaksin (AstraZeneca) dengan Uni Eropa terkait ketersediaan vaksin serta kelima perpanjangan PSBB di DKI dan beberapa provinsi berpotensi mengganggu perekonomi Nasional," ujarnya.

Kasus pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan juga menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi pemegang unit reksa dana.

"Selanjutnya, transaksi margin nasabah ritel, lalu valuasi saham AS terlalu tinggi, laporan keuangan AS yang keluar jelek dan terakhir aktivitas pemain ritel di AS," tutur Hans.

Sementara itu, Pengamat pasar modal MNC Asset Management Edwin Sebayang menuturkan, pelaku pasar melakukan penyesuaian terhadap kinerja emiten pada kuartal I 2021.

Hal ini seiring ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga dikuatiarkan berdampak terhadap kinerja emiten.Sentimen itu menekan IHSG.

"Adjustment portofolio karena PPKM dapat pengaruhi perlambatan ekonomi berdampak terhadap kinerja emiten," ujar dia.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pembukaan IHSG pada 29 Januari 2021

Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada pra pembukaan perdagangan saham, IHSG naik 30,95 poin atau 0,5 persen ke posisi 6.010,3. Pada pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 81 poin atau 1,36 persen ke posisi 6.060.

Indeks saham LQ45 menguat 0,51 persen ke posisi 945,66. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau. Akan tetapi, penguatan IHSG itu hanya sementara. IHSG bergerak di dua zona pada pukul 09.06 WIB.

Sebanyak 179 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. 144 saham melemah dan 123 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 96.145 kali dengan volume perdagangan 1,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 1,5 triliun.

Investor asing lepas saham Rp 28,99 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di kisaran 14.088. Sebagian besar sektor saham tertekan dengan sektor saham konstruksi turun 0,79 persen sehingga menekan penguatan. Diikuti sektor saham barang konsumsi melemah 0,53 persen dan sektor saham infrastruktur melemah 0,47 persen. 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya