Indonesia Jajaki Ekspor Listrik ke Singapura

Kementerian ESDM menjajaki peluang mengekspor listrik ke Singapura menyusul adanya potensi kelebihan pasokan daya listrik di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jan 2021, 20:30 WIB
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). Pemasangan terafo tersebut diperuntukan untum perkuatan sistem kelistrikan Jakarta-Banten. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian ESDM menjajaki peluang mengekspor listrik ke Singapura menyusul adanya potensi kelebihan pasokan daya listrik di Indonesia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa, menjelaskan Indonesia memiliki kelebihan pasokan listrik terlebih di tengah pandemi COVID-19 yang menyebabkan turunnya konsumsi listrik.

"Kita lihat potensi Singapura. Singapura perlu impor listrik. Ini kita jajaki, bisa tidak kita impor kelebihan listrik kita. Nanti kita sambung dari Jawa ke Sumatera, Riau, ke Singapura, atau kita masuk ke ASEAN (Power) Grid. Jadi dari Sumatera ke peninsula Malaysia. Ini sedang dalam proses penjajakan," jelas dia dikutip dari Antara, Selasa (19/1/2021).

Untuk bisa memuluskan rencana tersebut, menurut Arifin, pemerintah akan mempercepat program interkonektivitas antarpulau. Upaya tersebut juga akan memungkinkan pemerataan listrik sehingga kelebihan listrik bisa disalurkan ke daerah yang masih kekurangan pasokan listrik.

Selain menjajaki potensi ekspor listrik, ia mengatakan opsi lain yang tengah dikaji pemerintah untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik adalah dengan relokasi pembangkit eksisting.

"Relokasi eksisting pembangkit yang sudah tua, berusia di atas 20-25 tahun ada kemungkinan tidak untuk direlokasi ke tempat-tempat yang membutuhkan, antara lain tempat-tempat yang punya potensi industri smelter," katanya.

Menurut Arifin, relokasi pembangkit eksisting ke wilayah dengan potensi industri smelter akan dapat mendukung daya saing produk hasil pemurnian mineral.

"Karena dengan batubara, cost (biaya) lebih murah. Industri kita akan lebih kompetitif," ujarnya.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kendaraan Listrik

Mobil BMW i8 Roadster, i8 Coupe dan BMW i3s mengawal konvoi mobil listrik jelang jadwal pelaksanaan balap mobil listrik atau Formula E 2020 di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Konvoi kendaraan listrik berlangsung dari GBK menuju Monas. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Di sisi lain, pemerintah juga akan terus mendorong pemakaian kendaraan dan kompor listrik sehingga konsumsi listrik diharapkan bisa naik.

Arifin menambahkan selain karena menurunnya konsumsi listrik, potensi kelebihan listrik juga terjadi lantaran adanya megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW (35 GW) serta tambahan 7.000 MW dari program sebelumnya.

Ia memperkirakan ada potensi kelebihan hingga 50 persen dari total reserve margin listrik yang ada. Reserve Margin adalah persentase kapasitas terpasang tambahan atas permintaan puncak tahunan.

"(Kalau 35 GW selesai), over supply cukup banyak, sekitar 40-60 persen. Jadi reserve margin kita bisa sampai 50 persen dari idealnya 30 persen. Ini memang harus bisa kita cari pemecahannya," pungkas Arifin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya