DPR: Indonesia Butuh Investor Migas Baru meski Harga Minyak Turun

Komisi VII DPR memandang sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) akan memasuki keadaan berbahaya jika tak ada investasi

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Des 2020, 19:30 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi VII DPR memandang sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) akan memasuki keadaan berbahaya jika kondisinya semakin tidak menarik investasi.

Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan, saat ini kondisi sektor migas sedang mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan harga minyak yang turun membuat keuntungan yang diperoleh tipis.

Kondisi ini akan membuat investasi pada sektor migas tidak menarik dan jika ini terjadi. Maka dari itu, sektor migas akan memasuki masa berbahaya karena kegiatan pencarian sumber migas baru akan menurun.

"Persoalan harga crude maka margin semakin sempit semakin tidak menarik, kalau itu terjadi sangat berbahaya," kata Sugeng, dalam diskusi online, di Jakarta, Sabtu (19/12/2020).

Sugeng melanjutkan, jika pencarian sumber migas baru tidak dilakukan maka produksi migas kedepannya aman menurun. Di sisi lain, padahal kebutuhan terus meningkat. Setiap ekonomi tumbuh 5 persen maka kebutuhan migas juga tumbuh 4 persen.

Sebab itu, sektor migas Indonesia membutuhkan investasi baru untuk meningkatkan produksi migas agar kebutuhannya terpenuhi.

"Disektor hulu masih butuh investor, di sektor hulu harus memastikan cadangan migas, juga memerlukan eksplorasi," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Datangkan Investasi

Minyak dan Gas Bumi

Menurut Sugeng, bahaya pada sektor hulu migas bisa dihindari, jika pemerintah membuat kebijakan yang menarik minat investasi.

"Saya mendorong agar bersama Skk Migas dan Kemenetrian ESDM agar inevstasi di sub sektor hulu menraik. kalau tidak sangat bahaya sekali," tuturnya.

Sugeng mengungkapkan, pemerintah memang sedang menggalakan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun, EBT tidak bisa menutup kebutuhan energi di Indonesia, sektor migas pun tetap menjadi andalan pemenuhan energi nasional.

"kapanpun kita mau berlaih ke EBT tetapi faktanya konsumsi negara yang mau maju konsumsi di bidang migas masih naik," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya