Rentetan 4 Gempa Terjadi di Sumatera, Ini Penjelasan BMKG

BMKG mencatat sejak tanggal 1 hingga 8 Desember 2020 telah terjadi 4 gempa signifikan yang dipicu aktivitas sesar aktif.

oleh Muhammad Ali diperbarui 08 Des 2020, 14:48 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejak tanggal 1 hingga 8 Desember 2020 telah terjadi 4 gempa signifikan yang dipicu aktivitas sesar aktif. Meskipun gempa yang terjadi lokasinya tersebar di berbagai wilayah seperti di Lampung, Langsa, Deli Serdang, dan Bukittinggi, tetapi aktivitas gempa akibat sesar aktif tetap harus diwaspadai.

"Ini disebabkan karena karakteristik gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) memiliki hiposentar dangkal, lebih banyak terjadi di darat dan sumbernya dekat permukiman penduduk," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono kepada wartawan, Selasa (8/12/2020).

Dalam banyak kasus gempa akibat sesar aktif dengan kekuatan kurang dari magnitudo 5 dapat menimbulkan kerusakan. Berikut beberapa aktivitas gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di Pulau Sumatra akhir-akhir ini:

1. Gempa Pasawaran, Lampung 2 Desember 2020 berkekuatan 4,6 dirasakan di Pringsewu, Pesawaran, Natar, dan Bandar Lampung dipicu Sesar Semangko Timur. Sesar ini aktif, memiliki magnitudo tertarget 6,5 dan pernah memicu gempa merusak tahun 1908 dan 1994.

2. Gempa Langsa, Aceh 3 Desember 2020 berkekuatan 4,9 dirasakan di Langsa, Ramiah, Kemuning, Tualancut. Gempa ini dipicu Sesar Anjak Langsa yang pernah memicu gempa 5,1 pada 27 September 2018.

3. Gempa Bandar Baru, Sibolangit, Deli Serdang 7 Desember 2020 berkekuatan 2,8 dirasakan di Bandar Baru diduga dipicu sesar aktif di sekitar Gunung Sibayak. Episenter gempa ini dekat sumber gempa berkekuatan 5,6 pada 16 January 2017 yang menimbulkan kerusakan rumah.

4. Gempa Bukittinggi, Sumatera Barat 7 Desember 2020 berkekuatan 4,8 dirasakan di Pasaman, Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang Panjang. Gempa ini dipicu Sesar Sianok yang merupakan bagian dari segmen Sesar Besar Sumatra yang memiliki magnitudo tertarget 7,4 dan pernah memicu gempa merusak pada tahun 1922 dan 1926.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Fenomena Wajar?

"Beberapa warga menanyakan kepada BMKG terkait rentetan gempa sesar ini. Tentu saja aktivitas gempa di zona sesar di Sumatra akhir-akhir ini merupakan fenomena yang wajar. Hal ini mengingat bahwa Pulau Sumatera memang banyak terdapat sebaran sesar aktif, baik yang sudah terpetakan maupun yang belum terpetakan," ujar Daryono.

Setiap segmen atau ruas sesar aktif, kata dia, memiliki besaran laju geser sendiri-sendiri dan tentunya mengalami akumulasi tegangan pada masing-masing segmen. Jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa.

"Sebagai langkah kesiapsiagaan, masyarakat diimbau agar tidak abai dengan keberadaan jalur sesar aktif di daerah masing-masing. Jalur sesar ini dapat dilihat di peta tektonik sesar aktif," ujar Daryono.

Jika ternyata tempat tinggal kita relatif dekat sumber gempa, kata dia, sebagai upaya mitigasi wajib membangun rumah yang memenuhi standar tahan gempa. Jika belum memungkinkan maka ada alternatif lain dengan membangun rumah dari bahan ringan dari kayu dan bambu yang didisain menarik.

"Jangan asal-asalan dalam membangun rumah tembok, apalagi tanpa besi tulangan karena bangunan akan mudah roboh saat terjadi gempa kuat. Masyarakat harus memahami bahwa gempa bumi tidak membunuh dan melukai tetapi bangunan dengan struktur lemah dan tidak memenuhi standar yang kemudian roboh saat gempa dan menimpa penghuninya adalah penyebab jatuhnya korban jiwa," demikian Daryono menegaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya