17.479 Kematian karena Virus Corona, Kenapa Masih Ada yang Percaya COVID-19 Teori Konspirasi?

Tidak sedikit yang tak percaya bahwa Virus Corona itu benar-benar ada dan COVID-19 hanya sebatas teori konspirasi

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 05 Des 2020, 09:00 WIB
Petugas memakai alat pelindung diri saat memakamkan korban virus corona COVID-19 di Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 4 April 2020. Menurut Universitas Johns Hopkins pada 6 April 2020 pukul 18.01 WIB, total kasus COVID-19 secara global sebanyak 1.286.409. (AP Photo/Binsar Bakkara)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 17.479 kematian karena COVID-19 terjadi di Indonesia, setelah adanya penambahan 124 kasus kematian akibat Corona pada Jumat, 4 Desember 2020.

Dengan kasus aktif COVID-19 sebanyak 80.023 jiwa atau 14,2 persen dari terkonfirmasi positif Corona yang mencapai 563.680 kasus.

Namun, angka-angka tersebut tak cukup membuat seluruh masyarakat Indonesia takut dan lebih patuh terhadap protokol kesehatan COVID-19.

Bahkan, masih ada saja orang-orang yang tak percaya bahwa Virus Corona penyebab COVID-19 benar-benar ada.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan,"Kita betul-betul ditantang sekarang untuk bisa bergerak bersama.".

Indonesia, kata Wiku, adalah negara besar nomor empat di dunia. Jumlah masyarakatnya banyak, budaya yang beragam, bahasa satu Bahasa Indonesia meskipun banyak bahasa daerah.

"Jadi, kemampuan kita untuk bisa menyentuh seluruh masyarakat dengan budaya yang berbeda, cara berpikir yang berbeda-beda itu membuat kita ditantang untuk bisa bergerak bersama," kata Wiku dalam dialog Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan yang disiarkan di kanal Youtube BNPB Indonesia pada Jumat, 4 Desember 2020.

Menurut Wiku, komunikasi yang sudah pemerintah lakukan belum efektif untuk membuat sebagian orang yakin bahwa COVID-19 itu nyata.

"Berarti kan cara komunikasinya juga harus disesuaikan, dan ini berjalan dengan waktu juga," katanya.

"Maka dari itu, masih banyak yang belum percaya, padahal yang enggak percaya itu engga berarti serta merta yang jauh dari Jakarta dan tinggal di Desa," katanya.

Sebab, lanjut Wiku, di kota besar pun masih ada yang enggak percaya kalau COVID-19 benar-benar ada.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Teori Konspirasi Virus Corona COVID-19

Hal senada diungkapkan Walikota Bogor yang juga survivor COVID-19, Dr Bima Arya Sugiarto SHum M A.

Sebelum dirinya terkonfirmasi positif COVID-19 pada Maret 2020, masyarakat Bogor tergolong individu yang sulit diberitahu dan sush ketika diminta untuk peduli tentang ancaman Virus Corona walaupun belum ada kasusnya.

Akan tetapi saat Arya Bima akhirnya harus menjalani perawatan karena terinfeksi Virus Corona beberapa hari setelah pulang dari Turki, kepercayaan akan COVID-19 pun muncul.

Terlihat dari laporan yang diterima Arya Bima bahwa Kota Bogor mendadak sepi.

"Karena saya pasien 001 di Kota Bogor, artinya saat itu seperti ada syok terapi 'Wah, Walikota saja bisa kena', Kota Bogor sepi sesepi-sepinya," katanya.

Itu menjadi momentum untuk mengingatkan warga Bogor bahwa COVID-19 nyata. Hanya saja itu tak berlangsung lama.

 

3 dari 4 halaman

Arya Bima Dituduh Pura-Pura Kena COVID-19

Setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19, Arya Bima menerima pertanyaan yang membuat dirinya tertegun 'Kang, waktu benar sakit? Banyak yang percaya Walikota pura-pura aja'.

Ternyata, saat Arya Bima dan Lapor Covid melakukan survei, diperoleh sebuah fakta bahwa tidak sedikit warga yang percaya bahwa COVID-19 itu teori konspirasi.

Hanya 29 persen yang percaya COVID-19 itu nyata dan 50 persen warga lainnya antara percaya dan tidak.

4 dari 4 halaman

Infografis Suntikan Dana Pilkada 2020 di Tengah COVID-19

Infografis Suntikan Dana Pilkada 2020 di Tengah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya