Mengintip Bisnis Ikan Cupang Selama Pandemi Covid-19 di Surabaya

Doni Maulana (34) alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikosa) Almamater Wartawan Surabaya (AWS) angkatan 2006 ini tidak menyangka bahwa karirnya kini tertambat pada bisnis ikan cupang.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 31 Agu 2020, 09:52 WIB
Doni Maulana (34) alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikosa) Almamater Wartawan Surabaya (AWS) angkatan 2006 ini tidak menyangka bahwa karirnya kini tertambat pada bisnis ikan cupang.

Liputan6.com, Surabaya- Doni Maulana (34) alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikosa) Almamater Wartawan Surabaya (AWS) angkatan 2006 ini tidak menyangka bahwa karirnya kini tertambat pada bisnis ikan cupang

Pria yang kerap disapa Contong ini menyampaikan ikan air tawar bernama latin betta fish ini memang sedang booming di kalangan masyarakat selama pandemi Covid-19, anak-anak hingga dewasa memburu ikan hias berekor lebar ini. 

“Alhamdulillah, booming lagi bagi yang sekadar ingin memelihara saja. Sedangkan bagi penggemar beratnya, ikan cupang ini sejak dulu sudah diminati mulai dari kalangan menengah ke atas,” tutur Contong, Minggu, 30 Agustus 2020.

Pria asal Jojoran Surabaya ini menjelaskan, ikan cupang yang banyak diburu penghobi atau pemula saat ini adalah jenis cupang plakat dengan corak warna multi color, koi galaxy dan warna solid. Selain itu ada juga yang memburu jenis cupang halfmoon. Perbedaanya, dari segi ekor ikan.

"Ikan cupang halfmoon ketika melebarkan ekornya, menyerupai bulan sabit dengan ukuran yang lebih lebar," katanya. 

Sedangkan ikan cupang plakat bentuknya lebih pendek dan sangar. Meski sangar, warna indahnya tetap menarik mata penghobinya.

“Dua jenis ikan cupang ini yang paling banyak diminati orang-orang. Karena bentuknya indah dan cocok untuk perlombaan atau hiasan di rumah,” ucapnya. 

Contong mengungkapkan, harga ikan cupang saat ini melejit karena corak dari genetik warnanya yang berubah-ubah. Semakin bagus perawatannya, ikan cupang akan semakin terlihat indah. Ada yang jenis warna koi, multi color, marbel, dan solid.

Menurut Contong, selain warna, ikan cupang juga mudah perawatannya. Hanya cukup diberi space soliter atau wadah kaca berukuran minimal 20x15. Tak hanya itu, ikan ini cukup diberi makan kutu air, cacing sutra dan larva nyamuk. 

“Penggantian airnya cukup lima hari sekali atau seminggu, agar ikan tidak stres. Supaya ikan sehat, kalau bisa penggantian airnya pakai air sumur atau air isi ulang. Tidak usah filter air sudah bisa hidup,” tuturnya.

Contong mengatakan, per ekor ikan cupang hasil breedingnya pernah dibanderol hingga jutaan rupiah. Seperti cupang plakat dengan jenis corak warna leopard miliknya, yang sempat ditawar Rp 2,5 juta oleh seorang penghobi cupang. 

“Itu harga normal, karena bagi yang mengerti cupang sejak zaman dulu pasti paham mulai dari bentuk badan, ekor, sirip, sisik ikan cupang yang bagus untuk perlombaan seperti apa. Jadi sudah bukan hal baru di dunia percupangan,” katanya. 

Petani cupang yang juga sudah pernah mengikuti berbagai perlombaan nasional maupun internasional ikan cupang hias ini tidak hanya menyasar kalangan menengah ke atas, namun menyasar pasar global. Artinya Ia menjual ikan cupang menyesuaikan kualitas grade-nya.

Contong mengaku, sempat menjual ikan cupang hasil budidayanya itu hingga ke pasar luar negeri, seperti Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura. 

“Kalau grade A pastinya mahal, dan jadi incaran penghobi yang akan ikut lomba ikan cupang hias. Kalau yang untuk bahan lomba harganya Rp 500.000 hingga Rp 1 juta,” ucapnya. 

Contong menuturkan, untuk yang kualitasnya di bawah biasanya dibanderol harga standar, mulai Rp 50.000 sampai Rp 200.000-an per ekor ikan cupang, tergantung jenis ikannya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya