Update 25 Agustus: Total 23,5 Juta Kasus COVID-19 Dunia, 811 Ribu Pasien Meninggal

Berikut ini total penambahan kasus Virus Corona (COVID-19) per 25 Agustus.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Agu 2020, 09:51 WIB
Penumpang KRL Commuter Line diperiksa suhu tubuh saat tes swab di Stasiun Bojonggeder, Jawa Barat, Senin (11/05/2020). Tes swab dan rapid dilakaukan sebagai salah satu metode untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran Covid-19 di moda transportasi KRL Commuter Line. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Total kasus Virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia mencapai 23,5 juta pada hari ini. Infeksi tertinggi masih berada di Amerika Serikat dengan 5,7 juta kasus.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Selasa (25/8/2020), negara berkembang masih mendominasi 10 besar negara dengan kasus COVID-19 tertinggi. Delapan dari 10 negara dengan kasus tertinggi adalah negara berkembang.

Brasil menjadi negara berkembang dengan total kasus tertinggi, yaitu 3,6 juta. Angka pasien sembuhnya juga tinggi mencapai 2,9 juta dan 115 ribu meninggal.

India memiliki total 3,1 kasus COVID-19 dengan 2,3 juta sembuh dan 57 ribu meninggal. Kasus di India adalah yang tertinggi di Asia.

Kasus kematian tertinggi berada di AS dengan 177 ribu pasien meninggal. Mayoritas korban meninggal berasal dari New York. Hingga kini, AS telah melakukan 72,3 juta tes COVID-19.

Di Timur Tengah, kasus tertinggi ada di Iran dengan 361 ribu kasus, lalu diikuti Arab Saudi dengan 308 ribu kasus.

Sementara, kasus COVID-19 di China sejumlah 89 ribu. Di Asia Tenggara, Filipina mencatat kasus tertinggi, yakni 194 ribu kasus.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Peneliti Hong Kong Melaporkan Kasus Pertama Infeksi Ulang Pasien Corona COVID-19

Orang-orang yang memakai masker berolahraga di sebuah taman di Hong Kong, Rabu (22/7/2020). Hong Kong menghadapi "tahap kritis" dalam perjuangannya melawan COVID-19, dan pemerintah sedang memperpanjang langkah-langkah baru untuk menjaga jarak sosial. (AP Photo/Kin Cheung)

Seorang pria di Hong Kong yang pulih dari Corona COVID-19 terinfeksi lagi empat setengah bulan kemudian. Ini adalah kasus infeksi ulang manusia yang pertama kali didokumentasikan di negara itu, kata para peneliti di Universitas Hong Kong, pada Senin 24 Agustus 2020.

"Penemuan tersebut mengindikasikan virus yang telah menewaskan lebih dari 800.000 orang di seluruh dunia, akan terus menyebar di antara populasi global meskipun memiliki kekebalan," kata para peneliti. 

Pria berusia 33 tahun itu telah dinyatakan bebas dari Corona COVID-19 dan keluar dari rumah sakit pada April lalu.

Tetapi dinyatakan positif lagi setelah kembali dari Spanyol melalui Inggris pada 15 Agustus, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (25/8/2020).

Pasien sebelumnya tampak sehat, kata para peneliti dalam makalah tersebut, yang diterima oleh jurnal medis internasional Clinical Infectious Diseases.

Dia ditemukan tertular jenis Virus Corona yang berbeda dari yang sebelumnya dia derita dan tetap tidak menunjukkan gejala untuk infeksi kedua.

"Penemuan ini tidak berarti bahwa mengambil vaksin akan sia-sia," kata Dr. Kai-Wang To, salah satu penulis utama makalah tersebut.

"Kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi bisa berbeda dari yang disebabkan oleh infeksi alami," kata To.

"Perlu menunggu hasil uji coba vaksin Virus Corona untuk melihat seberapa efektif vaksin itu."

3 dari 3 halaman

Tanggapan Ahli Lain

Dua wanita mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan Covid-19 saat berjalan di Hong Kong (13/5/2020). Dua orang di Hong Kong dinyatakan positif Covid-19, mengakhiri perjalanan 24 hari tanpa kasus baru yang mulai melonggarkan peraturan jarak sosial. (AFP/Anthony Wallace)

Ahli epidemiologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa tidak perlu mengambil kesimpulan apa pun dalam menanggapi kasus Hong Kong.

Kasus orang yang keluar dari rumah sakit dan dites positif lagi untuk infeksi Corona COVID-19 telah dilaporkan di China daratan.

Namun, dalam kasus tersebut, tidak jelas apakah mereka tertular virus lagi setelah sembuh total -- seperti yang terjadi pada pasien Hong Kong -- atau masih memiliki virus di tubuh mereka dari infeksi awal.

Jumlah awal pasien di China yang dites positif lagi setelah keluar dari rumah sakit adalah 5-15 persen, kata Wang Guiqiang, spesialis penyakit menular di kelompok ahli China untuk pengobatan COVID-19, selama konferensi pers pada Mei.

Salah satu penjelasannya adalah virus masih ada di paru-paru pasien tetapi tidak terdeteksi pada sampel yang diambil dari bagian atas saluran pernapasan, katanya.

Penyebab lain yang mungkin adalah sensitivitas tes yang rendah dan kekebalan yang lemah yang dapat menyebabkan hasil positif yang persisten, tambahnya.

Jeffrey Barrett, seorang ahli dan konsultan di Proyek Genom COVID-19 di Institut Wellcome Sanger Inggris, mengatakan dalam komentar email bahwa sangat sulit untuk membuat kesimpulan yang kuat dari satu pengamatan.

"Mengingat jumlah infeksi global hingga saat ini, melihat satu kasus infeksi ulang tidaklah mengherankan meskipun itu kejadian yang sangat jarang," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya