Menko Airlangga Ungkap Tak Semua Sektor Ekonomi Alami Tekanan

Penjualan kendaraan bermotor telah mengalami peningkatan serta kinerja beberapa emiten juga tumbuh positif.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Agu 2020, 12:20 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersiap jumpa pers usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (20/7/2020). Jokowi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) tentang pembentukan Tim Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan Covid-19. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, tak seluruh sektor ekonomi mengalami tekanan. Masih ada beberapa sektor yang tetap tumbuh, beberapa diantaranya adalah sektor pertanian dan sektoe sektor telekomunikasi.

Sektor pertanian mampu tumbuh positif 2,9 persen pada kuartal II 2020. Di samping itu, dalam keadaan situasi pandemi sektor teknologi informasi komunikasi juga masih tumbuh sangat tinggi sebesar 10,88 persen.

"Hal positif dari Indonesia adalah pertanian masih positif 2,19 persen. Infokom tumbuh tinggi 10,88 persen," katab Airlangga dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (11/8/2020).

Mantan Menteri Perindustrian ini menambahkan, ada beberapa hal yang dimonitor sejak Juni 2020 juga sudah ada perbaikan di beberapa sektor. Di mana, Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia atau indeks manufaktur Indonesia berada di posisi 46,9.

Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen juga mengalami peningkatan atau sudah mencapai 83,8. Kemudian juga dari sisi kendaraan bermotor telah mengalami peningkatan serta beberapa emiten juga tumbuh positif.

"Dari sisi inflasi inti cerminkan agregat demand sudah meningkat di Juni. Perdagangan internasional ekspor meningkat 12 miliar dolar AS," jelas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5 Persen, Resesi Kian Dekat

Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Berbagai sektor di Jakarya yang anjlok akibat Covid-19 antara lain listrik dan gas, perdagangan, pendidikan serta industri olahan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 tercatat minus 5,32 persen. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksi kontraksi ekonomi hanya di kisaran 4 persen.

Namun dengan catatan ekonomi negatif ini, apakah Indonesia resmi memasuki jurang resesi, seperti yang sering diperbincangkan?

 

Ekonom Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah menyatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus di kuartal II 2020, Indonesia belum masuk ke jurang resesi.

"Walaupun kita minus 5,32 persen y-o-y, tetapi secara formal kita belum disebut resesi. Definisi resesi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi negatif y-o-y dua triwulan berturut-turut," jelas Piter kepada Liputan6.com, Rabu (5/8/2020).

Piter melanjutkan, jika nanti di kuartal III Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis data pertumbuhan ekonomi negatif, maka secara resmi, Indonesia bisa dikategorikan mengalami resesi.

Lantas apakah di kuartal III pertumbuhan ekonomi akan kembali negatif? Jika wabah masih ada, ekonomi diproyeksi masih akan mengalami kontraksi.

"Sangat besar kemungkinan triwulan III negatif, selama ada wabah hampir mustahil kita positif. Tapi dengan pelonggaran PSBB, kontraksi ekonomi yang terjadi akan lebih mild, tidak sedalam kuartal II," jelasnya.

Karena itu, kunci utama pemulihan ekonomi Indonesia ialah penanganan wabah Covid-19. Meskipun pemerintah sudah menggelontorkan berbagai stimulus, jika wabah masih ada, ekonomi tidak akan tumbuh positif.

"Stimulus hanya bisa menahan agar tidak terlalu dalam (kontraksi ekonomi). Tujuan stimulus itu sebenarnya untuk meningkatkan daya tahan masyarakat dan dunia usaha, sehingga bisa recover dengan cepat ketika wabah berlalu," ujar Piter.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya