4 Prinsip Pembelajaran Difabel di Era Pandemi COVID-19

Masa pandemi COVID-19 memaksa banyak siswa atau pelajar untuk melakukan kegiatan belajar di rumah guna menekan penyebaran virus. Hal ini juga berlaku bagi pelajar disabilitas yang menyandang autis atau disabilitas intelektual lainnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Jul 2020, 14:18 WIB
Tangkapan Layar Webminar Youtube Konekin (6/6/2020).

Liputan6.com, Jakarta Masa pandemi COVID-19 memaksa banyak siswa atau pelajar untuk melakukan kegiatan belajar di rumah guna menekan penyebaran virus. Hal ini juga berlaku bagi pelajar disabilitas yang menyandang autis atau disabilitas intelektual lainnya.

Salah satu Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Puja, menerangkan 4 prinsip pembelajaran pelajar difabel di era pandemi COVID-19.

Keempat prinsip tersebut terdiri dari prediktabilitas, fleksibilitas, koneksi, dan pemberian dorongan.

Prediktabilitas

“Yang pertama itu prediktabilitas jadi membangun semacam rutinitas yang bisa diprediksi untuk memberikan rasa aman terhadap peserta didik,” ujar Puja dalam webminar Konekin, Sabtu (6/6/2020).

Prediktabilitas menyangkut waktu, tempat, dan urutan pembelajaran. Pihak sekolah harus memberikan prinsip ini kepada orangtua agar mereka mampu menjalankan pembelajaran di rumah yang dapat terprediksi.

Untuk pengaturan waktu dapat dibuat semacam jadwal pelajaran untuk membangun rutinitas belajar. Tempat pun penting untuk dipertimbangkan agar anak nyaman belajar di rumah, Puja menyarankan untuk menghindari ruangan yang berisi banyak barang.

Sedang, urutan aktivitas harus mencakup aktivitas utama yaitu sarapan, belajar, bermain, kudapan ringan, makan siang, mandi, melakukan pekerjaan rumah, dan tidur siang.

Fleksibilitas

Prinsip kedua adalah fleksibilitas atau lebih menjawab situasi dan kondisi di masing-masing keluarga. Hal ini terkait dengan evaluasi dampak pandemi COVID-19 terhadap anak didik untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi di rumah.

Prinsip fleksibilitas mencakup kelonggaran waktu, mode komunikasi, bentuk kegiatan, materi yang diberikan, target belajar, dokumentasi belajar, dan media belajar.

“Ini akan sangat tergantung pada kebutuhan anak dan keadaan orangtua di rumah. Sekolah dapat memberikan berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan orangtua di rumah.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Koneksi dan Pemberian Dorongan

Koneksi

Selanjutnya adalah prinsip koneksi yang berkaitan dengan apa yang sedang terjadi di lapangan. Pelajaran didesain untuk membangun hubungan anak dengan sekitarnya untuk memahami apa yang terjadi saat ini.

Koneksi mencakup kejelasan komunikasi sekolah dengan orangtua, hubungan antara anak dengan orangtuanya, dan hubungan anak dengan lingkungan sekitar.

“Pilih komunikasi yang paling efektif antara sekolah dan orangtua apakah melalui WA atau pertemuan seminggu sekali.”

Terkait hubungan anak dengan orangtua maka dapat dilakukan pembelajaran yang meningkatkan kedekatan antara keduanya, seperti membacakan buku cerita, bermain dengan saudara, mengobrol dengan tetangga, atau tetap terhubung dengan teman sekelas melalui media daring.

Pemberian Dorongan

Keempat adalah pemberian dorongan, baik dorongan bagi guru, orangtua, maupun anak dengan mengenali tekanan yang ada dan berikan dukungan.

Jika tekanan berupa sulitnya mendapat perhatian anak, maka dukungan yang bisa diberikan adalah mengurangi distraksi, memecah tugas ke hal kecil, mempersering jeda, dan mengganti jadwal.

Jika anak sulit mengikuti instruksi maka orangtua membantu membacakan instruksi, menandai kata kunci, membuat checklist, dan memutar ulang video pembelajaran.

Terakhir, jika materi dari sekolah tidak aksesibel bagi anak, maka tanyakan apa yang menyenangkan dan apa yang sulit dilakukan. Satu pekan satu kali evaluasi apa saja yang berhasil dilakukan anak dan jika ada yang gagal maka lakukan penyesuaian atau pengubahan materi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya