Bursa Saham di Asia Menguat Dibayangi Ketegangan AS-China

Bursa saham di Asia naik pada awal perdagangan Senin (25/5/2020) di tengah ada kekhawatiran atas hubungan AS-China.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Mei 2020, 09:00 WIB
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia naik pada awal perdagangan Senin (25/5/2020) karena sentimen investor tetap kuat meskipun ada kekhawatiran atas hubungan AS-China.

Dikutip dari CNBC, Patokan Australia ASX200 naik 1,46 persen pada 5.577, dengan semua sektor diperdagangkan lebih tinggi.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 1,3 persen sedangkan indeks Topix naik 1,2 persen. Kospi Korea Selatan naik 0,19%.

Pasar saham di Singapura, India dan Indonesia ditutup karena hari libur nasional.

Pasar Asia Pasifik menurun pada Jumat pekan lalu setelah Cina mengumumkan undang-undang keamanan nasional baru, yang, jika diterapkan, akan memberi Beijing lebih banyak kontrol atas Hong Kong dan dapat memicu protes pro-demokrasi lebih lanjut di kota itu.

Rancangan tindakan diumumkan ketika Kongres Rakyat Nasional China (NPC), parlemen negara itu, memulai sesi tahunannya dan akan berlangsung hingga 28 Mei.

“Sentimen risiko terbukti tangguh, pada Jumat malam, terhadap kekhawatiran tentang dampak dari China memperkenalkan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong. Kelemahan dalam ekuitas Asia memberi jalan ke sesi Eropa datar, dan kepositifan ringan di AS," kata Hayden Dimes di ANZ Research dalam catatan Senin pagi.

2 dari 2 halaman

Hubungan AS-China

Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Namun, pengumuman China menuai kritik dari pejabat AS. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan pada hari Minggu bahwa jika Beijing terus menerapkan hukum kontroversial, pemerintah AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China.

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa beberapa kekuatan politik di Amerika Serikat mengambil hubungan bilateral dan mendorong dua kekuatan ekonomi ke ambang 'perang dingin baru', menurut terjemahan resmi bahasa Inggris dari komentarnya yang diposting oleh kementerian luar negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya