Pendapatan Harian KAI dari Penumpang Anjlok Rp 24,2 Miliar

Adapun selama Januari 2020, total pendapatan penumpang Rp 39 miliar.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Mei 2020, 20:29 WIB
Penumpang Kereta Api Luar Biasa (KLB) di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (12/5/2020). PT KAI mengoperasikan tiga rute dengan enam perjalanan kereta setiap harinya untuk penumpang yang dikecualikan sesuai aturan pemerintah dengan penerapan protokol pencegahan Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Pendapatan harian PT Kereta Api Indonesia (KAI) anjlok hingga Rp 24,2 miliar dari semula Rp 20 miliar-Rp 25 miliar per hari menjadi Rp 800 juta per hari, selama pandemi covid-19. 

“Untuk pendapatan dari penumpang itu rata-rata harian Rp 20 miliar-Rp 25 miliar dalam satu hari. Dalam masa Covid-19 ini, pendapatan harian hanya sekitar Rp 800 jutaan,” kata Direktur Utama KAI Didiek Hartanto dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/5/2020).

Adapun selama Januari 2020, total pendapatan penumpang Rp 39 miliar. Kemudian turun di bulan April 2020 menjadi Rp 32 miliar.

Hal itu tentunya dipicu merosotnya arus kas yang terjadi pada KAI , yang dipengaruhi pembatasan kapasitas penumpang kereta, baik jarak jauh maupun Kereta Rel Listrik (KRL) atau commuter line.

Ini mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020, tentang tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran COVID-19.

Serta Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 4 tentang Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.

“Kapasitas kereta api jarak jauh hanya diperbolehkan maksimal 50 persen dan Kereta commuter 35 persen dari kapasitas semestinya,” ujarnya.

 

 

2 dari 2 halaman

Skenario

Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo (dok: KAI)

Jika wabah covid-19 ini masih berlangsung, Didiek mengaku telah mempersiapkan skenario terburuk, serta asumsi kinerja hingga Agustus dan Desember 2020. Ini mengacu pada sumber pendapatan dari penumpang anjlok hingga 90-93 persen.

“Terjadi gap terhadap cash biaya turun tidak secara proporsional karena terjadi operational cash flow defisiensi yang terjadi mulai bulan Maret. Kami menyiapkan dana-dana kepada perbankan dalam modal yang cukup. Tapi secara likuiditas masih aman, terjaga dengan baik,” ujarnya.

Didiek mengaku memotong berbagaibiaya yang bisa dipotong atau ditunda pembayarannya. Seperti perawatan kereta.

Pihaknya berdiskusi dengan vendor terkait. Untuk kereta yang tidak beroperasi, akan ditunda perawatannya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya