Ketum PP Muhammadiyah: Bantu Duafa di Tengah Pandemi Corona Adalah Jihad

Aksi sosial di tengah pandemi corona merupakan bagian dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang sifatnya ta’awun atau tolong menolong.

oleh Nafiysul QodarLiputan6.com diperbarui 06 Mei 2020, 11:45 WIB
Ketum PP Muhammadiyah H. Haedar Nashir memberi keterangan di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). Pertemuan membahas implementasi Islam yang damai dan toleran menuju Indonesia berkeadilan dalam menyongsong tahun politik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, membantu kaum duafa atau mustadh'afin di tengah kondisi sulit melawan pandemi virus corona Covid-19 adalah bentuk jihad fi sabillilah.

Dia menambahkan, aksi sosial di tengah pandemi corona merupakan bagian dari dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang sifatnya ta’awun atau tolong menolong.

"Dan ini juga heroik, serta bentuk jihad fi sabilillah (usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan)," katanya saat mengisi ceramah pengajian "Ramadhan Online" yang digelar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Selasa (5/5/2020).

Menurut Haedar, umat Islam jangan hanya beranggapan bahwa dakwah amar ma'ruf nahi munkar itu berupa keberanian mengatakan kebenaran di tengah pemimpin yang zalim saja.

"Itu memang betul, tapi pada saat yang sama gerakan ta'awun yang membebaskan kaum mustadh'afin dan mereka yang mengalami nasib buruk akibat musibah, itu juga 'jihad fisabilillah'. Termasuk mencari ilmu itu juga 'jihad fi sabilillah'," katanya.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Warisan KH Ahmad Dahlan

Muhammadiyah dan NU berkolaborasi membuat film biografi sejarah KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari yang diberi judul Jejak Langkah 2 Ulama(Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Haedar mengatakan, Muhammadiyah berbangga karena sudah diwariskan mozaik dari KH Ahmad Dahlan ketika beliau mengajarkan al-Ma'un selama tiga bulan sebagai bentuk pengajaran luar biasa, yang oleh mahasiswa yang belajar ilmu sosial disebut dengan dekonstruksi, membongkar alam pikiran.

"Tujuh ayat dihafal itu mungkin setengah jam. Tetapi Kyai Ahmad Dahlan mengajarkannya selama tiga bulan. Ternyata ada yang ingin diraih, yakni keutamaan aksi nyata. Melaksanakan itu bagian dari pemahaman," katanya.

Di akhir ceramahnya, ia menegaskan bahwa kiprah kemanusiaan Muhammadiyah itu adalah peran dari langit untuk bumi, bukan semata-mata peran yang sifatnya pragmatis dan praktis, namun  ada nilai ketauhidan di dalamnya.

“Itulah yang perlu kita hayati bersama, mudah-mudahan di bulan Ramadhan ini kita semakin menghayati nilai-nilai keislaman yang sangat mulia luhur dan utama serta disebarluaskan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Haedar Nashir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya