Bukan Corona, Justru DBD yang Mengancam Indonesia?

Di Indonesia, angkat kematian DBD jauh lebih banyak dari corona.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 12 Mar 2020, 00:03 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Belum selesai melawan virus corona atau Covid-19, kini pemerintah Indonesia juga tengah berjibaku melawan penyakit Demam Berdarah atau DBD. Penyakit ini masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia.

Dalam rentang tiga bulan ini, kasus demam berdarah dengue (DBD) telah merenggut 104 orang. Angka tersebut dicatat Kementerian Kesehatan dari Januari sampai awal Maret 2020. Angka ini, jauh dari jumlah kematian akibat virus corona yaitu 1 orang.

Sementara jumlah kasus DBD di Indonesia sudah mencapai 16.099 di periode yang sama. Laporan kasus yang masuk dari 28 provinsi, dengan 370 kabupaten/kota yang terjangkit. Jumlah kasus DBD pun diperkirakan akan terus meningkat.

Empat provinsi yang melaporkan kasus DBD tertinggi, yakni Nusa Tenggara Timur (2.711), Lampung (1.837), Jawa Timur (1.761), dan Jawa Barat (1.420).

Tiga provinsi teratas dengan jumlah kematian DBD tinggi, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT) 32, Jawa Barat 15, dan Jawa Timur 13 kematian.

Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto mengatakan, permasalahan kesehatan di Indonesia bukan hanya virus Corona (Covid-19), tapi juga DBD. Bahkan dirinya mengatakan, yang paling mengancam jiwa masyarakat Indonesia saat ini adalah DBD.

Dirinya juga mengharapkan peran serta pemerintah daerah dan warga untuk bisa bersama-sama mencegah wabah DBD semakin meluas di wilayah tersebut, sehingga angka kematian karena wabah tersebut bisa ditekan.

Wakil Ketua Komisi IX, Emanuel Melkiades Laka Lena menilai DBD tak kala serius dengan penyakit yang tengah mewabah saat ini, yakni virus corona.

"DBD puluhan orang sakit karena DBD, yang meninggal sudah 100 lebih," kata dia di Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Melki menyebut pihaknya beberapa hari yang lalu menyambangi wilayah terparah yang terjangkit DBD di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Kunjungannya ke sana bersama dengan rombongan Kementerian Kesehatan.

"Sama Pak Menkes ke Kupang melihat warga itu udah kaya barak-barak pengungsian. Kan kita masih pikirkan DBD penyakit khas Indonesia. Corona itu penyakit impor itu," tukasnya.

Melki meminta semua pihak untuk tidak mengabaikan munculnya penyakit DBD di sejumlah wilayah. Karena penyakit DBD tidak kalah mematikan dibandingkan dengan Covid-19 alias Corona.

"Corona mah udah ada yang ngurus Pak Achmad Yurianto, kita percayakan ke dia," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Mengganas di NTT

Ruangan transit pasien di RSUD TC Hillers Maumere. (Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)

Kasus DBD yang melanda Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kian mengganas.

Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Purtanto, Senin (9/3/2020) siang mengunjungi Kabupaten Sikka.

Kedatangan menteri kesehatan selain membawa sejumlah bantuan obat-obatan dan peralatan kesehatan serta membawa 30 dokter dan 6 orang perawat untuk bertugas menangani pasien DBD di Sikka.

Ia juga mengatakan akan mengerahkan tim medis untuk membantu proses pengobatan, proses logistiknya dan juga akan mendorong proses promotif dan preventifnya.

"Kita membawa bantuan peralatan dan obat-obatan seperti yang dilihat dan pemerintah pusat akan terus support sesuai dengan arahan dari Presiden Jokowi. Nanti para dokter dan perawat dari Jakarta akan tinggal di sini sampai masalah DBD selesai," ucapnya.

Sementara Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, mengatakan, terkait DBD pemerintah dan masyarakat kabupaten Sikka dinilai lengah sehingga di tahun 2020 kasusnya meningkat cukup signifikan dari 620 menjadi 1.195 kasus hingga Senin (9/3/2020) siang.

"Berbagai macam upaya pemerintah sejak awal Januari kita sudah lakukan. Kita juga tetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan telah diperpanjang sebanyak 4 kali serta sudah 1.065 orang yang sudah sembuh dari perawatan," ungkapnya.

Dikatakan Robi hingga saat ini masih terdapat 130 pasien yang dirawat di RS TC Hillers Maumere dan RS St. Gabriel Kewapante serta berbagai puskesmas yang ada di Kabupaten Sikka.

3 dari 3 halaman

Agar Tak Mewabah

Petugas melakukan pengasapan atau fogging untuk membasmi nyamuk demam berdarah dengue (DBD) di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019). Fogging dilakukan untuk mengantisipasi perkembangbiakan nyamuk DBD. (Liputan6.com/JohanTallo)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, untuk mencegah DBD terus mewabah, masyarakat diimbau untuk pemberantasan sarang nyamuk, baik di rumah, sekolah, tempat umum maupun rumah ibadah.

Kata Nadia, pemerintah juga berupaya memastikan logistik untuk tes DBD mencukupi di berbagai wilayah, selain juga persediaan abate, insektisida serta larvasida.

Nadia juga mengklaim pemerintah sudah melakukan langkah untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD di beberapa daerah.

"Menyiagakan rumah sakit untuk antisipasi peningkatan kasus DBD dan memastikan cairan dan alat infus tersedia," dia menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya