Suntikan Bank Sentral China Bikin Rupiah Menguat ke 13.678 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.678 per dolar AS hingga 13.690 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Feb 2020, 11:25 WIB
Petugas menghitung uang pecahan 100 Yuan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (17/2/2020), rupiah dibuka di angka 13.678 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan yang ada di angka 13.693 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.678 per dolar AS hingga 13.690 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,31 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.693 per dolar AS, menguat jika dibandingkan sebelumnya yang ada di angka 13.707 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat, seiring suntikan dana oleh bank sentral China, People's Bank of China (PBoC).

"Bank Sentral China kembali menyuntikkan dana pagi ini sebesar 200 miliar yuan. Aset berisiko terlihat menguat, termasuk rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Senin (17/2/2020).

Selain itu, lanjut Ariston, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun kembali turun ke kisaran 1,58 persen, yang bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan mungkin bisa mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS.

 

2 dari 2 halaman

Virus Corona

Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Tapi Virus Corona kelihatannya masih menjadi kekhawatiran pasar. Apalagi pasar meragukan data yang diumumkan oleh pemerintah China," ujarnya.

Pada Minggu (16/2) kemarin, China melaporkan penambahan jumlah kasus dan kematian baru akibat Vrus Corona yang jumlahnya sama, mendekati kenaikan sebelumnya dengan metode baru.

Sedangkan pada Jumat (14/2) malam Bandara Heathrow Inggris melakukan penahanan terhadap delapan pesawat karena kecurigaan adanya penumpang yang terkena Virus Corona baru atau COVID-19.

"Kekhawatiran ini masih bisa menekan turun aset berisiko hari ini, termasuk rupiah," kata Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini bergerak di kisaran 13.670 per dolar AS hingga 13.720 per dolar AS.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya