Jokowi Berharap Warga Pulau Jawa Pindah ke Ibu Kota Baru Demi Pemerataan

Artinya, kata Jokowi, kurang lebih 149 juta penduduk Indonesia berada di Jawa.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2020, 20:24 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Jusuf Kalla memberikan keterangan pers terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara di Istana Negara, Senin (26/8/2019). Jokowi secara resmi mengumumkan keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur. (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi ingin ada pemerataan penduduk di wilayah Indonesia. Sebab, setengah dari seluruh penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa.

"Urusan penduduk di negara kita ini perlu ada pemerataan, karena dari 267 juta itu 56 persen ada di Jawa, 56 persen, data yang saya miliki," kata Jokowi saat berpidato dalam acara Pencanangan Sensus Penduduk 2020 bersama Badan Pusat Statistik di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).

Artinya, kata Jokowi, kurang lebih 149 juta penduduk Indonesia berada di Jawa. Sebab, magnet para penduduk adalah ibu kota Jakarta. Sehingga daya dukung Pulau Jawa sudah tidak mampu.

"Nah magnetnya digeser ke ibu kota yang baru, agar ada magnet lagi untuk pemerataan penduduk, pemerataan ekonomi karena PDB ekonomi juga sama. PDB ekonomi itu di Jawa, 58 persen (dari Indonesia) ada di Jawa," ucapnya.

Kepala negara menambahkan, pulau Jawa adalah salah satu dari 17.000 pulau yang ada di Indonesia. Maka dari itu perlu pemerataan penduduk di wilayah lain.

"Masa semuanya pengen di sini semua. Tapi saya juga nggak tahu apakah nanti pindah pada mau. Kalau saya sih saya paksa," pungkas Jokowi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Bebas Banjir dan Macet

Sebelumnya, Presiden Jokowi menjamin ibu kota baru di Kalimantan Timur bebas dari banjir dan macet. Termasuk, transportasi massal yang sudah menggunakan energi listrik.

"Tidak ada ibu kota seluruh dunia seperti ini nanti, nggak ada. Itu diferensiasinya ada di situ. Semuanya energi baru terbarukan. Transportasi massal semuanya electric vehicle, autonomous vehicle, kendaraan pribadi juga autonomous, juga elektrik," kata Jokowi.

"Banyak orang jalan kaki banyak orang bersepeda. Nggak ada banjir, nggak ada macet," sambung dia.

Paling penting, kata Jokowi, yang ingin pemerintah bangun adalah sebuah peradaban baru. Di mana penggunaan transportasi massal sebanyak-banyaknya menggunakan kendaraan pribadi energi listrik dan autonomous.

"Tetapi kita pindah ke sana bukan ingin pindah gedung dan lokasi. Terpenting kita bangun sebuah sistem, pindah pola kerja, kultur, karena ke depan persaingan akan semakin berat. Negara yang cepat akan kalahkan yang lambat," ucap Jokowi.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya