Utusan AS Akan Temui Jokowi untuk Bahas Investasi, Saingi Pengaruh China?

Utusan AS menyiapkan ratusan triliun rupiah untuk investasi di wilayah Indo-Pasifik.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Jan 2020, 18:30 WIB
CEO DFC Adam Boehler bersama Dubes AS untuk Indonesia Mahendra Siregar. Dok: KBRI Washington D.C.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) sedang menggenjot investasi mereka di seluruh dunia lewat International Development Finance Corporation (DFC). Total pembiayaan investasi mereka mencapai USD 60 miliar (Rp 833 triliun).

CEO DFC Adam Boehler sedang berada di Asia Tenggara dan rencananya akan bertolak ke Indonesia pada Kamis 9 Januari 2020, untuk berbincang bersama Presiden Joko Widodo dan menteri-menteri kabinet guna membahas investasi.

"Jadi kita akan ke Indonesia besok, bertemu dengan presiden, dan para menteri. Saya bisa bilang peluang investasi AS di Indonesia itu fantastis," ujar Boehler dalam konferensi pers melalui telekonferensi di Hanoi, Vietnam, yang Liputan6.com ikuti pada Rabu (8/1/2020).

"Saya berpikir Indonesia sedang bergerak dari negara yang fokus menuai sumber daya alamnya menjadi negara yang fokus pada jasa dan area-area bernilai tinggi, seperti jasa manufaktur," tambahnya.

Boehler percaya hasil pertemuan di Indonesia akan berbuah positif. Industri-industri yang menjadi target investasi DFC cukup beraneka ragam, mulai dari energi, pendidikan, kesehatan, teknologi, dan investasi untuk wanita.

Lebih lanjut, Boehler berkata kehadiran DFC di wilayah Pasifik bukanlah untuk bersaing dengan proyek Belt and Road Initiative (BRI) atau Jalur Sutra Baru milik China. Proyek ini menyiapkan triliunan dolar untuk investasi di negara-negara yang ikut proyek Jalur Sutra.

"Saya pikir DFC bukanlah sebuah respons terhadap negara lain," kata Boehlr. "Jadi saya tidak terlalu merisaukan proyek-proyek yang dilakukan BRI dan yang lainnya, dan saya lebih memikirkan apa yang kami kerjakan," imbuhnya.

Ia pun menyebut investasi DFC bukan untuk menyebar pengaruh AS, akan tetapi menghormati kedaulatan suatu wilayah agar bisa mandiri.

"Jadi ketika saya berada di Vietnam atau saya pikir di daerah Mekong, tujuannya kami ingin Vietnam yang berdaulat dan wilayah Mekong yang mandiri dan dapat bekerja sama, dan kita akan berinvestasi untuk itu. Ini bukanlah tentang pengaruh AS di sini," ucap Boehler.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Siapkan Ratusan Miliar Dolar

Kendaraan terjebak kemacetan di jalan tol dan Jalan TB Simatupang, Jakarta, Selasa (5/11/2019). Salah satu faktor yang melatar belakangi masalah kemacetan antara lain adalah pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan pembangunan infrastruktur jalan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Terkait kemampuan investasi, angka USD 60 miliar hanyalah perwakilan dari modal DFC. Boehler menyebut DFC punya potensi investasi hingga ratusan miliar dolar.

"Saya ingin menekankan lagi bahwa kami memiliki jumlah modal signifikan," ujarnya.

Boehlr menyebut DFC juga bisa berinvestasi dari segi asisten teknis. DFC juga berkata tidak akan berinvestasi di perusahaan AS saja, melainkan bisnis-bisnis lokal.

Dalam berinvestasi, DFC mempertimbangkan dampak proyek terhadap GDP, inovasi, dan yang merangkul ke masyarakat di daerah tertinggal.

DFC juga mempertimbangkan lingkungan Hak Asasi Manusia dalam berinvestasi dan berkonsultasi dengan Kementerian Luar Negeri AS.

Standar-standar yang digunakan DFC akan sama seperti yang digunakan World Bank Group, European Bank for Reconstruction, Inter-American Development Bank, dan U.S. Export Import Bank.

"Wilayah Indo-Pasifik akan menjadi fokus kuas AS ke depannya dan saya akan menantikan perjanjian-perjanjian signifikan di sini. Kami siap berbisnis dan kamu akan melihat kita sangat aktif di wilayah ini," ucapnya.

(USD 1 = Rp 13.895)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya