Tolak Tawaran Kontrakan, Warga Tamansari Pilih Tinggal di Masjid

Mereka tinggal sementara di dalam Masjid Al-Islam usai belasan rumah diratakan Kamis, 12 Desember 2019.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 17 Des 2019, 01:00 WIB
Masjid Al-Islam di Kelurahan Tamansari menjadi lokasi warga yang terdampak penggusuran bertahan. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Warga terdampak penggusuran rumah di RW 11 Kelurahan Tamansari, Kota Bandung, masih bertahan tak jauh dari lokasi gusuran. Mereka tinggal sementara di dalam Masjid Al-Islam usai belasan rumah diratakan Kamis, 12 Desember 2019.

Menurut pengakuan Eva Eryani Effendi (44), salah seorang warga RW 11, dipilihnya masjid sebagai tempat berlindung sampai kondisi psikologis warga pulih setelah rumahnya dibongkar.

"Sekarang yang bertahan di masjid ada sekitar 40 orang atau 11 kepala keluarga (KK). Sebagiannya lagi tinggal di rumah keluarga atau saudaranya," ujarnya, Senin (16/12/2019).

Pantauan Liputan6.com di lokasi, warga terdampak penggusuran itu menempati lantai dua masjid untuk tempat tidur mereka. Sementara di lantai pertama tetap berfungsi sebagai tempat ibadah.

Lokasi masjid sendiri berada tak jauh dari titik penggusuran. Suasana di sana hiruk-pikuk. Selain itu, masih terlihat barang-barang rumah tangga bertumpuk seperti pakaian dan perkakas rumah di sekitar masjid.

Tampak pula sejumlah pemuda hilir mudik mengantarkan pakaian, minuman, makanan, dan keperluan bayi untuk warga yang bertahan. Mereka juga mendirikan dapur umum untuk menyediakan makanan kepada warga.

2 dari 3 halaman

Menolak Dipindahkan

Sejumlah warga dan warga yang bersolidaritas mendirikan dapur umum di sekitar Masjid Al-Islam, tempat warga RW 11 Kelurahan Tamansari bertahan. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Eva yang juga Koordinator Forum Juang Tamansari Bandung itu menegaskan sejumlah warga akan tetap bertahan dan memperjuangkan hak-haknya atas bangunan yang kini sudah rata dengan tanah tersebut.

Selain itu, Eva juga merasa tidak pernah ditemui Wali Kota Bandung Oded M Danial usai penggusuran terjadi. Menurutnya, Oded malah mendatangi beberapa rumah di RW 12.

"Di sana malah bikin pernyataan akan memberikan uang untuk kontrakan. Memangnya kami mau perjuangan kami selama 2,5 tahun diganti dengan itu? Kenapa tidak mengerti BPN yang memberi status statusquo," katanya.

Sebelumnya, Pemkot Bandung menawarkan kompensasi senilai Rp26 juta yang bisa dipakai warga untuk membayar sewa selama satu tahun ke rumah susun Rancacili atau kontrakan di daerah lain. Sambil menunggu proyek rumah deret di kawasan tersebut rampung pembangunannya oleh kontraktor.

Tercatat ada 34 kepala keluarga (KK) yang menjadi korban penggusuran di RW 11 Tamansari.

Warga lainnya, Sambas Sadikin (58), mengatakan berdasarkan hasil musyawarah, warga menolak uang kontrakan itu. Apabila uang diterima, dengan kata lain warga setuju dengan pembangunan rumah deret.

"Jadi kalau memang Pemkot mau penggantian kerugian dan segala macem diganti rumah sampai jumlahnya itu. Baru kita lepas dari situ. Kalau kontrak kan berarti masih ada urusan nantinya," katanya.

3 dari 3 halaman

Enam Warga Terima Uang Sewa

Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) Dadang Darmawan. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) Dadang Darmawan memastikan Pemkot Bandung akan memberikan fasilitas penuh untuk merelokasi sementara warga RW 11 Tamansari yang terdampak penggusuran dengan tetap memberikan uang sewa kontrakan.

Dalam kunjungan Wali Kota ke Tamansari beberapa waktu lalu, kata Dadang, ada enam kepala keluarga yang bersedia menerima uang kontrakan. Mereka pun kini telah mendapatkan uang sewa tersebut.

"Pak Wali waktu itu kan menghadiri di beberapa rumah sekitar rumah. Ada dua kali karena yang pertama itu satu-satu yang datang. Kedua kalinya dikumpulkan semua. Yang hadir ada enam orang itu. Sementara yang tinggal di masjid itu memang belum," kata Dadang.

Meski sebagian warga menolak, pihaknya tetap menghormati. Namun, dia berharap warga membuka diri untuk melakukan mediasi.

"Yang dikedepankan sebetulnya komunikasi dan mediasi. Tapi sekarang kelihatannya suasananya belum memungkinkan untuk dilakukan. Tapi prinsipnya sebetulnya kami sangat senang sekali ada komunikasi lanjutan sehingga bangunan rumah deret Tamansari bisa cepat terlaksana," katanya.

Dia menambahkan, sudah 90 persen warga RW Tamansari setuju pembangunan rumah deret. Sementara mereka tinggal di kontrakan, pembangunan rumah deret dibangun.

"Warga bahkan ada yang sudah dua tahun ngontrak ini kan berharap bisa cepat kembali. Nanti kita juga lihat sama-sama ketika rumah deret dibangun kualitas permukiman di sana akan selesai," dia menandaskan.

Simak video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya