Ujian Nasional Dihapus 2021, Ini Penjelasan Mendikbud Nadiem Makarim

Nadiem Makarim menegaskan ujian nasional 2021 akan ditiadakan.

oleh Tyas Titi Kinapti diperbarui 11 Des 2019, 12:50 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/11/2019). Rapat membahas soal perkenalan dan membahas program kerja. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Wacana penghapusan Ujian Nasional (UN) untuk pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA sudah muncul sejak beberapa tahun silam. Wacana tersebut kembali muncul ketika Nadiem Makariem resmi menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Beberapa bulan terakhir wacana tersebut dikaji, kini Nadiem Makarim menegaskan bahwa Ujian Nasional atau UN 2020 merupakan yang terakhir. Dalam artian, pada tahun 2021 ujian nasional dihapus dan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

"Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter," jelas Nadiem di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Bukan tanpa alasan, mantan CEO Gojek menghapus ujian nasional. Menurut Nadiem ada alasan dibalik penghapusan UN tersebut. Dilansir dari berbagai sumber, berikut Liputan6.com ulas penjelasan Mendikbud tentang pengapusan ujian nasional 20121, Rabu (11/12/2019) 

2 dari 5 halaman

1. UN digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

Siswa kelas VIII belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan di halaman sekolah Mts. Hidayatul Umam di Cinere, Depok, Kamis (7/11/2019). Kementerian PPPA melaksanakan kegiatan hari belajar di luar kelas yang serentak di seluruh Indonesia pada Kamis (7/11). (merdeka.com/Arie Basuki)

Meski ujian nasional pada tahun 2021 dihapuskan, namun penyelenggaraan UN akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minumum dan Survei Karakter.  Kompetensi tersebut terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa,  kemapuan bernalar matematika dan penguatan pendidikan karakter.

"Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter," jelas Nadiem di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

3 dari 5 halaman

2. Kurang Ideal untuk Mengukur Prestasi Belajar

Siswa mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Cipinang 03, Jakarta, Senin (22/4). Siswa SD sederajat menjalani USBN mulai hari ini hingga 24 April 2019 dengan tiga mata pelajaran yang diujikan. (merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Mantan CEO Gojek ini menyebutkan Ujian Nasional dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar para siswa. Materi UN dianggap terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi.

"Kedua (alasannya) ini sudah menjadi beban stres antara guru dan orang tua. Karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu," ucap Naidem saat ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

 

 

4 dari 5 halaman

3. Semangat UN untuk Mengasesmen Sistem Pendidikan

ujian nasional

Enggak bisa dipungkiri, kalau elama ini Ujian Nasional (UN) dianggap hal menyeramkan bagi semua anak. Bahkan tak sedikit dari mereka berpendapat, bertahun-tahun mengemban pendidikan, tapi kelulusannya hanya ditentukan dalam ujian yang berlangsung dalam hitungan hari.

Hal ini sesuai dengan tanggapan Mendikbud. Menurut Nadiem, semangat UN adalah untuk memberi mengasesmen atau memberi penilaian sistem pendidikan di Indonesia. Baik itu sekolahnya, geografinya, maupun sistem pendidikan secara nasional.

 

5 dari 5 halaman

4. Tak Menyentuh Karakter Siswa

PPSDM Geominerba menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) khusus untuk siswa SMK.

Lebih jauh, Nadiem menyebutkan ujian nasional hanya menilai satu aspek, yakni kognitifnya.  Bahkan belum menyentuh aspek kognitif, tapi lebih kepada penguasa materi. Sehingga belum menyentuh karakter siswa secara keseluruhan. 

"Dan belum menyentuh karakter siswa secara lebih holistik," pungkas Nadiem Makarim pada Rabu (11/12/2019).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya