Bertemu Mahfud, Kepala Bakamla Ungkap Ancaman bagi Maritim Indonesia

Menurut dia, sejauh ini Menko Polhukam Mahfud Md sepakat apa yang terus dilakukan oleh Bakamla.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 21 Nov 2019, 06:02 WIB
Kepala Bakamla Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman bertemu Menko Polhukam Mahfud Md. Pertemuan itu berlangsung secara tertutup.

Dalam pertemuan itu, keduanya membahas mengenai tantangan yang dihadapi maritim Indonesia.

"Kita berikan (laporan) secara keseluruhan. Apa sih tantangan kita itu. Bukan tantangan Bakamla ya, tapi tantangan negara kita apa, di maritim itu," kata Achmad di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Dia menuturkan, selain konstelasi geografis yang merupakan negara kepulauan, Indonesia juga berada di persilangan Samudera Hindia dan Pasifik yang mempunyai kewajiban menjalankan hukum laut internasional. Selain itu, masalah perbatasan maritim yang belum terselesaikan antara negara yang berdekatan.

"Itu kan berdampak pada kita. Sehingga apa fokus Bakamla untuk dukung itu? Untuk mendukung tugas-tugas pengamanan yang output-nya adalah mendukung tugas atau pencapaian visi poros maritim dunia dari sisi keamanan," ungkap Achmad.

Menurut dia, sejauh ini Menko Polhukam Mahfud Md sepakat apa yang terus dilakukan oleh Bakamla.

"Karena beliau baru, akan mempelajari. Tapi yang jelas, pesannya lakukan terus apa yang sudah dikerjakan. Karena sudah on the track," tegas

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Potensi Terorisi di Maritim

Achmad Taufiqoerrochman juga mengatakan, ada potensi untuk menghadapi teroris di maritim. Meski demikian, hingga kini belum pernah dihadapi oleh Indonesia.

"Sekarang sebetulnya kita belum menghadapi itu di Indonesia. Tapi bibit ke arah sana sudah," kata Achmad.

Karena itu, menurut dia, Bakamla sudah mengantisipasi potensi itu. Salah satunya dengan menjalin kerjan sama antarnegara, selain juga berkerja dengan semua stakeholder di dalam.

"Kita tahu bahwa di laut kita punya ancaman yang sama. Kita punya isu yang sama, dan kita tidak bisa menghadapinya sendirian, maka harus bekerja sama, berkoodinasi. Karena satu kejadian di region satu berdampak ke region lain. Karena itu kita bangun. Sehingga bekerja sama dengan semua di dunia dan sebagai aktor utama jalan informasi. Sehingga kita akan lebih awal tahu apa yang akan kita hadapi," jelas Achmad.

Menurut dia, selama ini yang dihadapi di dunia adalah penyelundupan senjata. Salah satu contoh pernah terjadi di Somalia.

"Saya mimpin operasi. Ke sana itu ada task force tersendiri untuk counter maritim terrorism. Karena waktu itu ada pergeseran kekuatan amunisi senjata ke Somalia. itu sendiri. Kemudian Bagaimana serangan terhadap kapal-kapal Amerika beberapa yang kena itu di Timur Tengah. tidak menutup kemungkinan di sini juga," ungkap Achmad.

Mengingat perairan Indonesia yang luas, maka sangat sulit untuk berkerja sendiri.

"Jadi kalau kita bekerja sendiri, kita bisa kedodoran," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya