Sebulan Pulang Umrah, Warga Kampar Terduga Teroris Ditangkap Densus 88

Densus 88 Anti Teror menangkap lima terduga teroris di Desa Kuapan, Kabupaten Kampar. Terduga pelaku dikenal dekat dengan masyarakat dan mulai berubah ketika temannya datang.

oleh M Syukur diperbarui 12 Nov 2019, 17:00 WIB
Rumah terduga teroris di Desa Kuapan, Kabupaten Kampar, yang ditangkap Densus 88 Anti Teror pada akhir pekan lalu. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Kampar - Detasemen Khusus Anti Teror 88 menangkap lima terduga teroris di Dusun II Boting, Desa Kuapan, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar. Satu di antara terduga merupakan warga asli dusun tersebut yang dalam sebulan terakhir sering masuk ke hutan di perbatasan desa.

Kabid Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto belum bisa berkomentar banyak terkait penangkapan teroris pada Sabtu siang, 9 November 2019 itu.

"Infonya masih pengembangan," ucap Sunarto kepada Liputan6.com.

Salah satu terduga teroris yang ditangkap berinisial ED. Dia selama ini tinggal di rumah panggung ciri khas Kabupaten Kampar di dusun tersebut.

Menurut warga sekitar bernama Sukri, ED orang yang ramah. Dia selalu bergaul dengan warga sekitar dan tidak pernah alpa mengikuti salat jamaah di masjid kampungnya itu.

"Bulan lalu pergi umrah, baru pulang dan masih sering main dengan warga," ucap Sukri.

Sikap ED mulai berubah ketika ada lima pendatang tinggal di rumahnya. Terduga teroris ini dalam dua pekan belakangan jarang berkumpul dengan masyarakat karena punya aktivitas di hutan desa.

"Kabarnya tempat latihan, ada polisi yang masuk ke sana. Warga melihat dari jauh, tidak boleh masuk. Hutan itu terletak di perbatasan Kuapan dengan Sungai Pinang," sebut Sukri.

Siapa saja terduga teroris selain ED yang ditangkap, Sukri menyebut tidak mengetahui identitasnya karena tidak pernah bergaul dengan warga sekitar. Aktivitas mereka lebih banyak di hutan dimaksud.

"Kabarnya mereka juga salat di hutan sana, kadang pulang untuk makan saja," jelas Sukri.

Apa saja aktvitas mereka di hutan itu selain salat, Sukri menyebut tidak ada warga yang tahu. Diapun menyebut warga tidak boleh masuk ke hutan itu ketika anggota Densus menyisir lokasi persembunyian terduga teroris itu.

"Kami warga tak boleh mendekat, katanya ada dibuat bangunan dari kayu di dalamnya atau bedeng," jelas Sukri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya