Jasa Marga Incar Dana Rp 10 Triliun di Tahun Depan

Ada beberapa alternatif pembiayaan yang disiapkan oleh Jasa Marga.

oleh Athika Rahma diperbarui 05 Nov 2019, 20:00 WIB
Penampakan Tol Gempol Pasuruan Seksi II. (Dok Jasa Marga)

Liputan6.com, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) memperkirakan kebutuhan dana sebesar Rp 10 triliun untuk pembiayaan beberapa proyek turnkey sejumlah ruas tol.

Hal ini disampaikan oleh Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto. Eka menyebutkan, dana tersebut didapatkan dari penerbitan sekuritisasi aset dan pinjaman dari perbankan.

"Total pembayaran proyek ini kira-kira Rp 10 triliun sampai Rp 20 triliun. Kita sudah pegang sekitar 70 persennya," ujar Eka di Jakarta, Selasa (05/11/2019).

 

Ada beberapa alternatif pembiayaan yang disiapkan oleh Jasa Marga, diantaranya Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) syariah dengan target pendanaan Rp 2 triliun.

Perusahaan akan menggunakan aset dasar pendapatan tiket dari Jalan Tol Lingkar Luar (JORR) Cilincing-Cikunir untuk sekuritisasi aset.

Kemudian, perusahaan juga akan menerbitkan KIK-DINFRA dengan menggunakan underlying salah satu ruas tol Trans Jawa. Selain itu, perusahaan juga berencana menerbitkan zero coupon bond dan step up coupon bond, namun masih belum mendapatkan harga yang cocok.

"Kita pengen harganya sama dengan pinjaman kita yang sebelumnya, saat ini kan sekitar 9,5 persen-9,75 persen di anak usaha," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Jasa Marga Bukukan Pendapatan Rp 5 Triliun di Kuartal III 2019

Sosialisasi Kinerja Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

PT Jasa Marga Tbk catat kenaikan earnings before interest, taxes, depreciation and amortization atau EBITDA sebesar 16,9 persen pada kuartal III 2019. Angka ini naik dari kuartal III 2018 sebesar Rp 4,28 triliun menjadi Rp 5 triliun pada kuartal III 2019.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal. Peningkatan ebitda terefleksi dari kinerja yg meningkat dan dana yang tersedia untuk memenuhi kewajiban. Untuk diketahui, EBITDA merupakan pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi.

"Kita lihat di kuartal III ini traffic jalan tol positif, karena memang kita sambungkan beberapa kota dengan Trans Jawa jadi kota-kota saling berhubungan," ungkap Donny di Jakarta, Selasa (05/11/2019).

Donny juga menggarisbawahi kemampuan bayar utang perusahaan yang mumpuni. Total liability to total equity Jasa Marga naik dari 3,08 kali pada kuartal III 2018 menjadi 3,23 kali pada 2019 di kuartal yang sama.

"Artinya kita punya kapasitas membayar utang 3 kali dari kewajiban," tambahnya.

Pendapatan tol Jasa Marga, menurut Donny, tidak dapat disamakan dengan pendapatan usaha lainnya. Pendapatan riil ruas tol dimulai saat proyek pembangunan tol selesai.

"Pendapatan konstruksi semakin kecil itu kenapa? Karena proyeknya semakin sedikit, semakin habis. Justru pendapatan sebenarnya itu dimulai ketika tol beroperasi," tuturnya.

Setelah resmi beroperasi, ruas tol juga tidak semata-mata bisa langsung menghasilkan pendapatan, karena biasanya ada masa uji coba dan penyesuaian pengguna kendaraan berpindah dari ruas arteri ke ruas tol.

"Tol itu nggak langsung ada uangnya. Perlu land clearing, perlu proses konstruksi. Setelah selesai nggak bisa diterapkan 100 persen. Revenue tol akan meningkat seiring dengan kawasan di sekitarnya. Ada grow story di situ," tambahnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya