Kisah Jane Foster, Wanita Amerika yang Mata-matai Indonesia

Jane Foster, intelijen wanita yang memata-matai Indonesia saat Presiden Sukarno berkuasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Okt 2019, 16:06 WIB
Anggota kelompok Operasional, Jenderal William J. Donovan di Bethesda, Maryland, sebelum keberangkatan mereka ke China pada tahun 1945. (Public Domain)

Liputan6.com, Jakarta - Agen OSS (Office for Strategic Service) --kini bernama CIA (Central Intelligence Agency)-- pernah memata-matai Indonesia. Dia adalah Jane Foster, intelijen wanita yang memata-matai Indonesia saat Presiden Sukarno berkuasa.

Kala itu, Jane Foster menjabat sebagai sekretaris sekaligus penerjemah Letnan Kolonel K.K. Kennedy. Ia disebut penerjemah karena saat itu keduanya ingin mewawancarai Sukarno, Muhammad Hatta, Soebardjo, Amir Sjarifoeddin, Iwa Koesoema Soemantri dan Mr Kasman.

Wawancara itu dilakukan untuk mengetahui pandangan Indonesia soal militer Amerika Serikat.

Hasilnya, menurut buku berjudul 'Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946', karya Harry A. Poeze, Kennedy menjelaskan bahwa misi AS merupakan misi intelijen sepenuhnya, dan kedatangan mereka tak bisa diartikan sebagai pernyataan persetujuan terhadap gerakan nasional Indonesia.

Soekarno membalas, semua yang hadir memahaminya. Sesudah pertemuan, Jane Foster segera kembali ke markas.

Dia melaporkan bahwa gerakan nasionalis Indonesia "bukanlah bagian dari rencana besar Rusia ataupun Jepang untuk menggulingkan imperialisme Barat, melainkan ledakan alami atas tumpukan kekesalan yang sudah menggelora selama berpuluh-puluh tahun". Foster juga menegaskan bahwa rakyat Indonesia "tidak merencanakan revolusi. Mereka mau membicarakan perdamaian".

Lalu, siapakah Jane Foster sebenarnya? Berikut ulasannya, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (16/10/2019):

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 4 halaman

Pertama Kali menjadi Mata-mata

Ilustrasi Badan Intelijen CIA

Jane Foster Zlatovski merupakan anggota agen OSS pertama yang mencapai Indonesia setelah Jepang menyerah pada 1945. Kala itu, dia mewawancarai Sukarno untuk mengetahui apakah dia berencana untuk menyejajarkan dirinya dengan kepentingan Sekutu.

Sebelumnya, Jane Foster diduga direkrut menjadi spionase pada 1938 oleh operator NKVD, Martha Dodd. Kemudian pada 1942, Jane menyewa sebuah kamar dari Henry Collins di Washington, D.C., yang juga aktif sebagai mata-mata.

Foster mulai bekerja di OSS pada 1943, ditempatkan di Salzburg, Austria. Tak lama kemudian dia menempati pos di Kandy, sebuah kota pedalaman di selatan Sri Lanka. Dari sinilah operasi-operasi rahasia OSS dilancarkan ke sejumlah wilayah: Sumatera, Hindia Belanda, Siam, Burma, Malaysia, Indochina-Prancis (kemudian Vietnam).

 

3 dari 4 halaman

Pernah Tinggal di Indonesia

Ilustrasi Badan Intelijen Amerika Serikat CIA (Wikipedia)

Jane Foster juga pernah tinggal di Indonesia. Kala itu, dia menikah dengan seorang diplomat Belanda Leendert Kamper. Mereka memutuskan tinggal di Jawa.

Namun pernikahan keduanya hanya bertahan 18 bulan. Selama proses perceraian, Jane menetap di Bali hingga kembali ke Amerika pada September 1939.

Kemudian pada 1943, Jane bertemu dan menikah dengan George Zlatovski. Namun pernikahan keduanya justru menjadi malapetaka. Jane dan Zlatovski diduga terlibat dalam kegiatan rahasia atas nama Uni Soviet.

Kala itu, keduanya memang sedang dipekerjakan di badan-badan pemerintah AS yang sensitif selama Perang Dunia II. Mereka didakwa pada 1957. Kasus mereka tidak pernah diadili dan keduanya membantah tuduhan itu.

 

4 dari 4 halaman

Punya Peran Penting Sebagai Penghubung

Ilustrasi CIA ( SAUL LOEB / AFP)

Dalam buku berjudul 'Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946', karya Harry A. Poeze, Jane berperan penting sebagai penghubung OSS. Saat di Indonesia, jane Foster kontak dengan Sukarno untuk menjajaki pandangannya dan kabinetnya.

Jane juga melakukan perjanjian lisan dengan para pemimpin yang masih di bawah tanah. Dalam otobiografinya, An Unamerican Lady, Jane Foster menyebut tugasnya sebagai staf OSS mengikuti perkembangan politik di Indonesia serta melakukan hubungan teratur dengan Sukarno dan kabinetnya.

 

Reporter: Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya