Aturan Baru di China, Jurnalis Wajib Jalani Tes Kesetiaan Terhadap Presiden

Seluruh jurnalis di China akan menajalni ujian atau tes kesetiaan terhadap Presiden Xi Jinping.

oleh Afra Augesti diperbarui 21 Sep 2019, 14:00 WIB
Presiden Cina Xi Jinping seusai berbicara kepada awak media di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selama sepekan terakhir, Kepolisian Hong Kong sudah melakukan berbagai antisipasi terkait kunjungan Presiden Xi Jinping. (AP Photo/Kin Cheung)

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China memberlakukan aturan baru untuk seluruh awak media yang ada di Negeri Tirai Bambu. Para wartawan diwajibkan menjalani tes kesetiaan terhadap presiden.

Ujian ini nantinya akan menilai pemahaman mereka tentang pemikiran Xi Jinping, ajaran sosialis yang dianut oleh pemimpin negara tersebut.

Sebuah pemberitahuan dari regulator media telah dikirim ke lebih dari selusin organisasi berita milik pemerintah di Beijing pada bulan lalu.

Dokumen ini menginstruksikan semua karyawan untuk bersiap mengikuti tes pada aplikasi propaganda bernama "Studi Xi", yang diluncurkan awal tahun ini, agar kredensial pers diperbarui.

Sebagian besar percaya, peraturan itu akan segera berlaku untuk jurnalis China di seluruh negeri. Wartawan dari tiga organisasi media, dua di antaranya berada di luar Beijing, mengatakan kepada The Guardian bahwa publikasi mereka juga telah menerima pemberitahuan informal untuk mendaftar pada aplikasi tersebut.

"Dari atas ke bawah, saya tidak berpikir ada orang yang bisa menghindarinya," kata seorang reporter di Provinsi Shandong timur, melansir The Guardian, Sabtu (21/9/2019). Ia menambahkan, dirinya tidak berwenang untuk membahas topik itu.

Ujian tutup buku tersebut, yang akan diselenggarakan oleh organisasi media pada awal Oktober, dibagi menjadi lima bagian: dua tentang ajaran Xi Jinping (berkaitan dengan sosialisme untuk era baru) dan pemikiran penting tentang propaganda sang presiden, menurut Media Reform, akun berita independen di aplikasi pesan WeChat.

2 dari 3 halaman

Awal Tuntutan Presiden

Presiden China Xi Jinping menyantap pancake buatannya bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di sela acara Eastern Economic Forum di Vladivostok, Rusia, Selasa (11/9). (Sergei Bobylev/TASS News Agency Pool Photo via AP)

Berita mengenai ujian itu pertama kali dilaporkan oleh South China Morning Post, ketika media China menghadapi pembatasan publikasi yang kian meningkat.

Meski para pemburu berita mainstream di China sudah terbiasa menghadapi hukuman penjara dan penyensoran, jurnalis yang berasal dari media independen masih bisa menyelidiki kasus-kasus korupsi lokal atau perusahaan.

Untuk mendapatkan kredensial pers, wartawan sebelumnya telah diuji pada pemahaman mereka tentang "cita-cita jurnalistik Marxis."

"Sejujurnya, itu tidak berarti banyak," kata seorang jurnalis dari Provinsi Shandong. "Tetap saja, ini adalah langkah untuk membatasi debat publik."

Pihak berwenang terus meningkatkan peraturan mereka tentang pers dan internet, yang sudah membatasi akses ke situs web asing, termasuk situs berita.

Pada Juli kemarin, sebuah rancangan peraturan di bawah sistem kredit sosial China mengusulkan untuk menghukum warga negara yang menerbitkan informasi yang "melanggar moralitas sosial" atau menyebabkan "dampak sosial yang merugikan".

 

3 dari 3 halaman

Kisi-Kisi Pertanyaan

Presiden Cina Xi Jinping setibanya di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selain untuk memperingati 20 tahun penyerahan, Xi Jinping juga akan melantik Pemimpin Eksekutif terpilih Hong Kong, Carrie Lam. (AP Photo/Kin Cheung)

Presiden Xi Jinping telah menuntut kesetiaan dari wartawan-wartawan China sebelumnya. Pada 2016, ia mengatakan kepada staf di tiga agensi berita pemerintah di Beijing bahwa mereka adalah "garda terdepan propaganda pemerintah dan harus menjadikan partai sebagai bagian dari mereka".

Menurut Media Reform, ujian bagi jurnalis tidak akan sulit. Pemberitahuan yang dikirimkan kepada wartawan dari editor mereka mengatakan, organisasi berita harus membentuk kelompok belajar dan mulai mempersiapkan tes. Contoh pertanyaan akan segera diunggah ke aplikasi, menurut situs berita lokal Sohu.com.

Beberapa wartawan mengaku membenci aturan baru ini, ada pula yang menyebut mereka takut jadi kurang kritis. "Masyarakat Tiongkok perlu memperkuat studi politik dan secara benar memimpin opini publik," kata seorang jurnalis anonim di provinsi barat daya Guizhou.

"Media Barat mungkin dapat melaporkan apa pun yang mereka inginkan, tetapi mereka juga masih memperhatikan ideologi negara mereka," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya